Tamrauw, Petarung.org- Dinas Pendidikan Kabupaten Tambrauw harap segera kordinasi dengan pihak Dinas Pendidikan Provinsi Papua Barat Daya untuk mediasi masalah antara pemilik tanah adat dan pihak Sekolah SMK Negeri 3 Kebar, untuk serius mengatasi masalah pemalangan sekolah, mengingat sekolah ini telah di palang sejak 7 Maret 2024 lalu. Namun sampai dengan hari ini 26 Ferbuari 2025 sekolah masi di palang. Semuah pihak harap duduk segera untuk sama-sama mencari solusi damai antara kedua belah pihak, agar pemilik tanah adat dan juga pihak sekolah agar segera ada jalan keluar yang baik supaya proses belajar mengajar bisa kembali normal lagi.

“Tinggal satu minggu lagi genap satu tahun sekolah ini dipalang, mengingat sekolah telah dipalang sejak 7 Maret 2024 lalu sampai dengan hari ini 26 Ferbuari 2025, aktivitas sekolah memang dipindahkan ke sekolah lain namun sayang kondisi sekolah tutup satu tahun ini hal yang fatal” Ujar Robert Nauw, Pegiat Pendidikan di wilayah pinggiran dan pedalaman di Papua Barat Daya. saat ditemui Petarung.org , Rabu, (26/2/2025).

Ia menambahkan, lokasi sekolah ini bertempat di Kampung Manaria Distrik Kebar Kabupaten Tambrauw, Provinsi Papua Barat Daya. Masalah ini perna dimediasi oleh Dinas Pendidikan Tambrauw yang hadiri oleh Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Tambrauw Karel Nauw dan Kabit SMA Yulita Kinho, hadir bersama pihak Babinsa dan Babinkamtibmas, pihak Distrik dan pihak Sekolah serta pemilik tanah. sudah perna duduk satu meja Jumat, (15/8/2024) untuk mediasi dan negosiasi untuk pembukaan palang sekolah yang dipalang sejak awal Maret 2024 namun sampai hari ini 26 Ferbuari 2025 negosiasi ini gagal.

“Saya mohon atas nama pegiat pendidikan di wilayah pinggiran dan pedalam untuk Kepala Dinas Pendidikan, Kabupaten Tambrauw segera berkordinasi dengan Pimpinan Dinas Pendidikan Provinsi Papua Barat Daya. untuk menyelesaikan persoalan pemalangan fasilitas pendidikan ini agar aktifitas sekolah di SMA Negeri 3 Kebar kembali normal dan siswa tidak belajar sisip-sisip di sekolah lain karena psikologis siswa juga tidak nyaman untuk belajar,” ujarnya. (CR1)