Raja Ampat, Petarung.org- Di tengah hamparan keindahan alam Raja Ampat yang memukau, terdapat sebuah tempat tersembunyi yang belum banyak diketahui oleh banyak orang. Kampung Friwen, terletak di Waigeo Selatan, Raja Ampat, Papua Barat Daya, namun, ada lebih banyak cerita di balik keeksotisan tempat ini yang belum pernah terungkap.
Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh masyarakat Kampung Friwen adalah dalam bidang ekonomi. Mayoritas penduduk Kampung Friwen mengandalkan nelayan sebagai mata pencaharian utama, sementara sejumlah kecil lainnya terlibat dalam sektor pariwisata dan pertanian dan ada yang konsen untuk kerajinan anyaman dan menoken.
“Mayoritas mama-mama disini mereka terus menghadapi pengembangan ekonomi yang berkelanjutan untuk kebutuhan hidup sehari-hari, kita damping untuk terus mengembangkan potensi mereka perempuan pesisir. Dan kita coba kembangkan kerajinan menoken, anyaman dan rajutan,” ujar Selfi Manggaprouw, Pendamping Kelompok Perempuan Tani Hutan Mangrove Kawan Pesisir di Friwen. Kepada Petarung.org dalam sebuah pelatihan di Belantara, Kota Sorong belum lama ini.
Ia menambahkan, meskipun ketersediaan pandan hutan dan daun tikar disini terbatas, masyarakat di Friwen punya kearifan lokal yang gunakan daun nenas untuk bahan rajutan memanfaatkan daun nenas.
“Pengolahan daun nenas pasca panen secara maksimal untuk menghasilkan produk yang bernilai ekonomi tinggi, dan sementara kita kembangkan pemanfaatan bahan dasar ini untuk merajut dan anyaman,” ujarnya.
Ia mengatakan daun nenas disini mama-mama manfaatkan sebagai nilai tambah dalam meningkatkan nilai ekonomi masyarakat untuk hasil olahan sederhana, daun nanas diekstraksi menghasilkan serat kasar dan yang masih mengandung gum harus dihilangkan untuk jadi serta halus untuk digunakan.
“Sehingga solusi permasalahan bahan dasar anyaman yang harus dilakukan adalah dengan melakukan proses pemanfatan bahan baku daun nenas, terutama bahan serat kasar diolah sampai menghasilkan serat halus untuk jadi benang dan bahan rajutan. Mama-mama disini rajut sampai jadi aneka produk kerajinan dan anyaman yang punya nilai ekonomis,” ujarnya. (CR1)