Oleh: Jo Hann Tan & Roem Topattimasang (*)

Dalam etik kerelawanan atau kerja-kerja relawan atau kerelawanan adalah sesuatu yang semakin langka saat ini, bahkan dalam dunia kerja, kerja-kerja kemasyarakatan sekalipun menanam kebiasaan dan perilaku sehari-hari adalah juga berarti menumbuhkan dan mengembangkan Suatu sikap etik.

Seperti contoh di atas tadi kebiasaan atau perilaku menghormati pendapat orang lain adalah etik dasar dari sikap demokratis sikap etika hanya bisa dibuktikan dalam perilaku dan kebiasaan sehari-hari yang dipraktekkan secara nyata.

Salah satu sikap etik terpenting dalam proses pengorganisasian rakyat adalah kerja relawan atau volunteer, mengorganisasi rakyat sekali lagi bukanlah lapangan pekerjaan untuk mencari nafkah. Lucu dan sekaligus aneh sekali Mendengar orang mengatakan pekerjaan saya adalah mengorganisir masyarakat.

Setelah mengorganisasikan rakyat dimanapun menunjukkan bahwa orang terlibat di dalam dalamnya lebih karena dorongan komitmen dan semacam kepuasan batin, sudah menjadi pession seorang mulai melakukan kerja-kerja pengorganisasian.

Kerja pengorganisasian bukan sebagai pekerjaan tetap mencari nafkah tetapi lama kelamaan ketika ia sudah benar-benar menjadi pengorganisir dalam artian yang sesungguhnya mulai menyadari sendiri bahwa Ia melakukan hal itu karena Ia memang benar-benar menyukainya dan karena yakin pada tujuan-tujuan perubahan sosial yang dicita-citakan oleh gerakan pengorganisasian.

Ada banyak kasus yang menunjukkan banyak orang semacam ini pada akhirnya melakukan pengorganisasian tanpa peduli lagi apakah Ia mendapat upah atau penghasilan dari apa yang dikerjakannya.

Pada saat inilah telah tumbuh Apa yang disebut sebagai etik dasar kerelawanan yang terwujud dalam perilaku dan kebiasaan sehari-hari tetapi kita tidak dapat pula mengelak dari kebanyakan kenyataan bahwa seluruh proses pengorganisasian masyarakat membutuhkan biaya dan dukungan sumber daya material.

Masalahnya adalah bagaimana agar orang melakukan pengorganisasian atas dasar kerelawanan murni tetapi tanpa menelantarkan kehidupan sehari-hari mereka, ada banyak cara yang pernah ditempuh selama ini cara yang paling banyak dikenal adalah melakukan kerja sukarela pengorganisasian secara paru waktu, sementara pada waktu lain melakukan pekerjaan tetap utamanya untuk mencari nafkah.

Tentu saja cara umum ini memiliki banyak keterbatasan antara lain kesulitan mengatur waktu yang tepat pada saat yang dibutuhkan pada saat yang sangat dibutuhkan sehingga proses-proses pengorganisasian seringkali menjadi lamban dan Tidak Efektif yang ideal adalah jika proses-proses pengorganisasian memang dapat dipadukan sedemikian rupa menjadi bagian dari pekerjaan utama.

Seorang atau sebaliknya pekerjaan tetap mencari nafkah sekaligus menjadi bagian dari proses pengorganisasian yang dilakukan secara sukarela cara yang sama juga dilakukan beberapa organisasi lain seperti permas di Kuala Lumpur dan sekitarnya semenanjung Malaysia dan Hokimin City Vietnam semua aktivis dan pengorganisasian lokal di komunitas mereka tidak ada yang digaji sama sekali.

Semuanya bekerja sukarela baik pada waktu maupun penuh waktu bahkan kelompok ini pengorganisir masyarakat perkampungan miskin perkotaan yang bergabung dalam permas di Kuala Lumpur mampu bertahan melakukan pengorganisasian tanpa gaji sama sekali selama lebih dari 20 tahun. Coba bayangkan dan jawab sendiri mengapa mereka mampu demikian ?

Penulis adalah Pengorganisir Rakyat (*)