Oleh: Imanuel Tahrin (*)

Feit/Fait merupakan salah satu Pohon yang dikeramatkan dan diijadikan inspirasi nama tempat serta nama kampung di Kabupaten Maybrat. Pohon Fait merupakan salah satu bagian penting dalam tradisi dan kepercayaan masyarakat Maybrat di Papua Barat.

Ia menambahkan Penguatan Identitas Budaya dan Tradisi untuk keramatkan atau inspirasi suatu pohon, memperkuat identitas budaya masyarakat Maybrat masa itu dalam mempertahankan warisan leluhur mereka.

Masyarakat perlu melestarikan tradisi leluhur mereka tetapi juga berkontribusi pada pelestarian lingkungan. Penting bagi kita untuk menghargai dan memahami kearifan lokal di sini.

Sejak di Sahkan Undang-Undangan Nomor 13 Tahun 2009 Tentang. Pembentukan Kabupaten Maybrat.Di Provinsi Papua Barat, seluruh masyakat Maybrat berdebat tentang letak Ibu Kota Kabupaten Maybrat tetapi  lupa Arti Nama Fait Mayaf.

Nama Fait Mayaf berasal dari dua kata Fait artinya Pohon dan Mayaf artinya luka,Fait mayaf adalah pohon fait yang luka Karena di potong.

Dulu sebelum ada batu atau tela suku maybrat memakai pohon ini sebagai bahan dinding rumah untuk tinggal Suku Maybrat,pakai katu ini juga untuk lantai rumah dan sebagainya.

Tetepi kini muncul  rumah modern yang didinding batu tela dan batu bata nilai atau manfaat ini pohon fait mulai hilang. Perlahan-lahan dan tidak dipakai lagi oleh Suku  Maybrat, lebih parahnya di dalam lagi dalam taman-taman di Ibu Kota  Kabupaten Maybrat di fait mayaf tidak ditanam Pohon Fait.

Pemerintah lebih memilih menanam pohon lain yang tidak memiliki nilai dan manfaat yang dipakai sejak Nenek Moyang dan leluhur suku Maybrat yang sudah manfaatkan tanaman Fait turun temurun, namun sayang kita lebih memilih menanam pohon yang tidak memiliki nilai sejarah dengan suku Maybrat.

Kita tidak sadar kalau nilai budaya suku Maybrat akan punah hanya tinggal carita dan foto yang akan dilihat oleh anak cucu kita dan tidak sadar kalau kita sedangan memperkenalkan tanaman di daerah yang kita tidak tau sejarah dan bukun pohon endmik dari suku Maybrat. Sudah banyak sekali budaya Maybrat yang perlahan mulai hilang, seperti bahasa ibu, makanan lokal, rumah adat, pakaian, musik, tarian dan sebagainya.

Kebiasan setiap masyarakat berada di wilayah mereka masing-masing Tuhan sudah menetapkan budaya berdasarkan kebiasan yang dilakukan oleh masyarakat adat yang menempati daerah ini. Sepeti alat penangkap ikan, pangan lokal, rumah adat, pohon yang di keramatkan, noken yang dipakai untuk mengisi barang-barang, alat yang dipakai tidur (Koba-koba) serta masih banyak kegiatan yang lain terbentuk secara alamiah oleh masyarakat adat untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Sebelum ada tempat ibadah masyarakat melakukan Ibadah pada gua, pohon, gunung, air serta benda-benda lain yang dianggap keramat oleh masyarakat Maybrat. Nenek moyong memanggil-manggil arwah leluruh pada saat  mengalami : Kesusahan, menjaga dari bencana, sakit, acara adat atau pembayaran maskawin, peperangan melawan  suku dan masih banyak lagi ritual adat yang dilakukan.

Pohon  dalam bahasa Maybrat di sebut ara yang biasa di lakukan ritual itu seperi Ara Fait, Ara Ataf Merbau (Intsai bijuga) dan Ara Heyut atau Damar (Agatis Dammara) mereka melakukan ritual adat dengan mengelilingi pohon itu agar memberikan perlindungan, berkat dan penyebuhan bagi mereka. Masyarakat Maybrat menganggap bahwa roh para nenek moyang mereka tinggal di bawah pohon-pohon keramat ini.   

Dengan ada perkebangan dalam kepercayaan dan hadirnya rumah ibadah atau gereja,kebiasaan yang di lakukan nenek moyang suku Maybrat,perlahan-lahan mulai terkikis oleh zaman dan pekembangan pembangunan yang banyak mengalihakan hutan menjadi tempat pemukiman dan ruang publik dapat mengkonversi ruang tempat-tempat keramat, pohon keramat, mata air keramat akan rusak.

Masalah ini sedang terjadi di Ibu Kota Kabupaten Maybrat,pada saat penataan taman-taman di Kantor Bupati Kabupaten Maybrat ada beberapa pohon saja yang mencirikan yang memiliki nilai  budaya yang di tanam di Kantor Bupati Kabupaten sedang pohon lain didatangkan dari luar Papua.

Pemerintah Kabupaten Maybrat mereka lupa Pohon yang dipakai nama Ibu Kota Kabupaten Maybrat, kelemahan suku Maybrat kita cepat mengadopsi budaya dari luar dan lupa akan budaya kita sendiri,tetapi kita perlu ingat kata Ploklamator bangsa Indonsia yang menyatakan.

“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya” adalah kata-kata yang terkenal dari Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno.

Kata-kata ini mengandung makna bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarahnya dan menghormati jasa leluhurnya. Salam.

(*) Penulis adalah pegiat lingkungan hidup di Kabupaten Maybrat