Oleh: Tim Petarung (*)
Maybrat, Petarung.org- Perjalanan menuju kepala air Danau Ayamaru Maru Mana, Sabtu, 03 Mei 2025. malaksanakan perjalanan awal kami dari kampung Susumuk, Distrik Aifat menuju Kampung Yukase, Distrik Ayamaru Utara untuk sekedar kunjungan keluarga disana. Kami Tiba di Yukase, tepat pada Pukul 12:00 WIT, sesampai di Yukase kami dipersilahkan masuk ke dalam rumah, dalam kunjungan ini kami di jamu oleh pemilik rumah yang juga adalah kerabat dari orang tuaku, kami makan alakadarnya saja, nasi dengan lauk ikan lele dan tambahan sedikit sayur gedi menjadi menu kami, siang itu, sebelum kami menuju Kampung Segior yang menjadi lokasi tujuan perjalanan kali ini.
“Om, dong makan dulu. Baru om, dong lanjut perjalanan lagi,” ajak seorang ibu paru baya yang mempersilahkan kami untuk menikmati berkat siang itu. Karena kami masi harus melanjutkan perjalanan menuju Kampung Segior, Distrik Ayamaru Jaya.
Disaat makan, om saya menyampaikan, setelah makan kita jalan ke kepala air danau Ayamaru yang dalam bahasa Maybrat Maru Mana dan untuk menuju ke sana, kita harus melanjutkan perjalanan lagi dari Kampung Yukase menuju Kampung Segior, Distrik Ayamaru Jaya.
Agar tiba di Maru Mana, maka wajib kita alas perut terlebih dulu siang itu, di Yukase. Setelah makan, kami berpamitan dan mulai perjalanan dari Yukase melewati Kampung Segior dan kami pun tiba Maru Mana, jam di Hand Phone saya tepat menunjukan pulul 13.54 WIT.
Siang itu, cuaca terik tinggalkan udara sejuk dari balik hamparan gunung berbatu kapur yang sarat akan pepohonan endemik khas Maybrat, hamparan rumput danau terlihat indah, suasana danau di ketigingan ini pun asri. Kami berdiri tepat di atas jembatan, melihat danau Ayamaru begitu indah. Selain kami, ada juga banyak masyarakat lokal Maybrat yang berkungjung ke tempat ini, ada beberapa warga lokal yang mancing, ada anak-anak yang tikam ikan menggunakan kalawai, alat pemburu tradisional yang terbuat dari bambu dengan sedikit kawat yang di tata sebagai alat penangkap untuk anak laki-laki di wilayah Maybrat.
Pemandangan yang indah dan semua penat pun terlepas, sebuah maha karya akan pemandangan Danau Ayamaru indah jika terlihat dari sini. Udara dingin, gemercik air dari riak mata air danau Ayamaru pun mengalir deras, mata air jernih dari balik tanah. Atau entah dari gunung-gunung kapur yang menjulang atau dari mana, kami pun tak tau, karena sejarah danau ini punya cerita rakyatnya sendiri.
Terlepas dari itu, suasana siang ini sungguh menakjubkan, itulah maha karya yang indah yang ditipkan oleh sang pencipta untuk harus dilindungi dan dijaga oleh segenap kita. Hembusan angin danau yang meniup pucuk pucuk pohon cemara, menghempas alang-lang dan angrek danau pun behasil perlahan menggilangkan penat di jiwa, pohon pucuk-pucuk merah, endemik pohon khas Maybrat terlihat indah siang itu. Matahari yang utuh menampakan wajahnya, terus melaju menuju ufuk barat, hanya sisahkan, ronanya di riak air yang jernih, dan beri oase bagi rumput liar. Pemandangan danau Ayamaru yang indah, jika dilihat dari maru mana.
Kebahagiaan Yang Sesaat
Setelah menikmati indahnya danau Ayamaru dari kepala air, saya berjalan mengitari bebera spot di danau ini, dan seketika kebahagian itu pun perlahan mulai bergantikan dengan tanda tanya dan kebahagiaan itu pun ternyata hanya sesaat, karena melihat banyak sampah berserakan di tanah dan tidak sedikit yang terapung di air dan banyak lagi yang tenggelam di dalam dasar danau yang indah ini.
Beberapa jenis sampah seperti bekas pembalut anak-anak (pempres), aneka botol mineral, sampah plastik, botol minuman bersoda, kaleng susu, karton dan masih banyak sampah lain yang tidak bisa dideskripsikan.
Lokasi tempat ini bagus dan harus masyarakat di wilayah ini sadar dan ikut jaga agar, jangan buang sampah sembarang di lokasi kepala air Danau Ayamaru. Pemandangan yang indah di awal itu sudah sirna yang nampak di mata hanya sampah hasil rumah tangga dan sampah dari para pengunjung yang kian berserakan di jalanan, bahkan terlihat jelas sampai ke samping salah satu sekolah menengah atas di distrik ini.
Kami temukan kondisi yang parah, kita melihat kondisi ini kami pun bergegas pergi mengunjungi spot yang lain, namun dalam perjalanan diskusi kami lanjutkan dalam mobil, bahan selama perjalanan yang tinggal dihati ini, hanya geram campur heran dengan kelakuan masyarakat yang tidak memikirkan kebersihan dan kesadaran membuah sampah yang baik di tempat ini.
Kami melanjutkan perjalanan lagi ke spot yang kedua di Sato Afan, dalam perjalan itu, melewati jalan SMA Ayamaru, di situ ada mata air samping Gedung SMA yang terhubung ke danau Ayamaru, terlihat jelas, ternyata lebih banyak sampah yang dibuang seenaknya ditempat ini. Warga membuang sampah seakan-akan, itu tempat pembuangan akhir di kampung ini.
Kami sampai di lokasi ini (Sato Afan) tepat Pukul 14.16 WIT, dihalaman sekolah sampah berserakan menunggu kami, warga hanya biarkan berserakan di dalam mata air seperti itu, ini lingkungan sekolah dan anehnya para guru, para siswa dan penjaga sekolah tidak sadar akan hal ini.
“Kira-kira pendidikan apa ya, yang diajarkan di sekolah ini. Sampai untuk urusan sampah saja, siswa dan guru malas tau,” Tanya saya dalam gumam.
Setiba di Sato Afan, kami melihat keindahan Danau Ayamaru dari tempat ini, namun tetap sisahkan kejengkelan tentang sampah yang dibuang senaknya dimana-mana. Sato Afan, adalah spot indah karena ini merupakan area pelabuhan penyebarangan untuk masyarakat di Kampung Segior dan sekitarnya pada tahun 60 an – tahun 80 an
Sekarang di wilayah ini, dimekarkan menjadi Distrik Ayamaru Jaya. Tempat yang dulu asri, indah alami itu mulai tak utuh lagi, karena di sato afan ini, terlihat banyak sampah yang mulai berserakan dan lebih parahnya limbah-limbah dari rumah tangga di kampung ini, di buang dan diarahkan langsung ke Danau Ayamaru melalui drainase dengan pipa-pip pembuangan yang menjurus ke danau.

Melanjutkan Perjalanan Pulang Ke Yukase
Sore itu, suasana liburan yang indah, walaupun sedikit kacau dengan kelakuan akan kondisi sosial di lapangan soal pengelolaan sampah dan drainase yang bermuara ke danau, biarkan itu menjadi renungan setiap kita yang mengaku manusia berbudaya namun untuk urusan sampah, nyaris kita tak punya budaya soal itu.
Dalam perjalanan pulang, kami tiba Rohbi, tepat pada pukul 14:35 WIT, ini spot ketiga yang kami kunjungi, pemandangan yang sama pun terlihat, banyak sampah yang berserakan di atas kali itu, seperti botol aqua, kulit sabun, plastik, pempres, botol minuman bersoda dan banyak sampah yang tenggelam di dasar kali, situasi liburan itu mendadak menjadi semangat untuk melakukan observasi disetiap kali yang kita lewati, seakan kita berwisata hanya untuk wisata mengamati sampah.
Kendaraan yang kami numpang,pun tiba Hufioh, di tempat ini, kami Tiba pukul 14:39 WIT. Kali itu juga banyak sampah yang terapung di atas kali, seperti kali-kali sebelumny yang sarat dengan botol minuman bersoda, aqua, sampah plastik dan masih banyak sampah lain yang tenggelam di dasar kali.
Lokasi kali ini, dekat dan berhadapan dengan salah satu Sekertariat partai di Kabupaten Maybrat, Kami tiba pada pukul 14: 40 WIT. Di lokasi ini juga, nyaris terlihat banyak sampah yang berserakan di atas air. Bahkan ada satu kamar mandi milik warga yang pembuangannya justru di arahkan ke kali yang menghubungkan langsung ke Danau Ayamaru.
Semua sampah yang kami temukan, seperti botol, plastik, minuman bersoda, banyak ditemukan di danau karena disini sudah banyak rumah yang diibangun jejer dengan rapih dan nyaris semua berada dipinggir danau. Menjadi pertanyaan besar, bagaimana pengelolaan limbah rumah tangganya yang dihasilkan oleh masyarakat dan mekanisme pengelolaan sampah yang buruk di tempat ini?
Jika masyarakat terus membuang sampah ke kali dan jika situasi ini akan bertahan 20 Tahun ke depan, hal ini akan menjadi penyakit dan ancaman serius bagi kelangsungan habitat di Danau Ayamaru dan juga bagi warga sekitar kepala air Danau Ayamaru.
Dari perjalanan wisata yang kemudian beralih menjadi perjalanan observasi sampah ini, kondisi ini miris dan sangat memprihatinkan. Kami temukan semua sumber sampah, ternyata penyumbang terbesar adalah sampah hasil rumah tangga, baik sampah yang dihasilkan adalah sampah organik dan sampah nonorganik dan juga sampah dari lingkungan sekolah dan lingkungan tempat ibadah juga adalah peyumbang samapah.
Masyarakat di wilayah ini, harus diedukasi dan dikasi tau bahwa tidak semua sampah itu bisa diurai oleh alam, ada juga sampah yang sulit terurai dan berasal dari bahan-bahan non- hayati, seperti plastik, Logam, Kaca dan botol bekas, gen, plastiK dan lain-lain.
Bahaya plastik seperti dijelasan dalam buku Optimalisasi Peran Cendekiawan dalam Meningkatkan Potensi Lokal dan Daya Saing Global susunan Fajar Muharram, dkk., plastik dipilih sebagai bahan baku kemasan karena murah dan mudah didapat. Bahannya juga ringan dan relatif tahan terhadap mikroba. Namun di samping kelebihannya, ternyata sampah plastik lebih sulit dikelola dan terurai di dalam tanah untuk waktu yang panjang. apalagi sampah ini berserakan di atas air dan mau terurai bagaimana?
Contonya meliputi botol plastik, botol kaca,kaleng minuman kemasan, Styrofoam dan berbagai barang elektonik. Jika sampah-sampah ini dibuang dalam jumlah yang banyak dan dibiarkan bertahun tahun di dasar danau, jelas akan mencemari air, dampaknya bisa sangat serius baik bagi lingkungan maupun kesehatan manusia.
Berikut beberapa akibat utamanya, abtara lain pencemaran ekosistem air, sampah anorganik sulit terurai dan dapat mengganggu kehidupan organisme air. Misalnya, plastik dapat tersangkut di tubuh ikan atau dikira makanan yang menyebabkan kematian bagi akluk hidup di air itu sendiri karena terganggunya rantai kakanan, mikroplastik dari sampah anorganik bisa dimakan oleh planton, lalu masuk ke dalam tubuh ikan dan akhirnya ke manusia jika dikonsumsi melalui seafood, menurunnya kualitas air, sampah anorganik bisa melepaskan bahan kimia berbahaya seperti logam berat yang mencemari air dan membuatnya menjadi tercemar.
Untuk keluar dari Masalah inI
Pemerintah Kampung dipandang perlu untuk meningkatkan, tingkatkan kesadaran masyarakat tehadap lingkungan. Masyarakat perlu diberikan edukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan Danau Ayamaru dan dampak buruk dari membuang sampah sembarangan seperti pencemaran air, rusaknya ekosistem dan ancaman kesehatan, gunakan tempat sampah yang di sediakan Pemerintah Kabupaten Maybrat.
Masyarakat perlu bekerja sama menyediakan tempat sampah di sekitar Danau Ayamaru serta memastikan system pengolahan sampah yang efektif Langkah Program Gotong Royong Ajak masyarakat untuk rutin melakukan pembersihann bersama di sekitar Danau Ayamaru, guna menumbuhkan rasa tanggung jawab kolektif penerapan sanksi sosial dan hukum terapkan aturan dan sanksi yang tegas bagi pelaku yang membuang sampah sembarangan, guna menciptakan efek jera.
Dukung program pengolahan sampah berbasis Komunitas, dorong Inisiatif warga masyarakat dalam pengelolaan sampah, seperti daur ulang, bank sampah dan pengelolaan kompos untuk pemanfaatan rumah tangga, sudah harus di dorong oleh pemerintah Kabupaten Maybrat.
Kesimpulan
Membuang sampah sembarangan ke Danau Ayamaru, merupakan tindakan yang merusak lingkungan dan mengancam keberlangsungan ekosistem di danau, serta kesehatan masyarakat. Diperlukan kesadaran, tindakan nyata dan kerja sama antara warga masyarakat yang berada di pinggiran danau Ayamaru dan juga perhatian pemerintah setempat untuk menjaga kebersihan dan kelestarian Danau Ayamaru.
Dengan disiplin dan tanggung jawab bersama, Danau Ayamaru dapat tetap menjadi sumber kehidupan dan keindahan alama yang bermanfaat bagi generasi sekarang dan genarasi yang kelak akan datang. Jika Danau Ini rusak, maka semua orang barada di Suku Ayamaru akan hilang identisatas dan jadi diri mereka, karena semua ikan endemik di danau ini akan hilang oleh kelakuan masyarakaynya yang tidak sadar lingkungan.
Kami berharap, semoga dengan usia yang ke 16 tahun ini, kiranya masyarakat Maybrat yang mendiami wilayah pesisir danau Ayamaru harus sadar untuk urus kebersihan lingkungan. Pemerintah Kabupaten Maybrat harus konsen untuk isu Lingkungan, kebersihan lingkungan dan tata pengelolaan sampah yang berkelanjutan di negeri raa bobot yang kita cintai bersama. (CR1)
(*) Petarung adalah Komunitas Peduli Tata Ruang dan lingkungan di Wilayah Maybrat