Oleh : Laurin (*)
Setiap yang patah, akan menemukan caranya sendiri untuk sembuh dan setiap sembuh akan bermuara pada jiwa baru yang akhirnya tumbuh, itulah kisah hidupku dengan seseorang yang hadir begitu cepat dalam hidup. Dan ia hadir bagai malaikat tak bersayap.
Disuatu sore yang ramai itu, aku berdiri sendiri menatap layar ponsel seperti biasa, menggulir halaman demi halaman pada akun media sosial Facebook, kebisingan kendaraan, asap knalpot yang pekat, klakson mobil dan motor yang bising terus menemaniku sore itu.
Semesta sepertinya punya rencana lain, diantara ribuan nama yang berlalu di linimasa, satu nama berhenti tepat di jantungku. Ah, nama itu, wajah itu… yang pernah sekompleks di Maripi. Kami tak pernah lebih dari sapa singkat di jalanan kompleks, tapi ada yang tak pernah benar-benar pergi dari ingatan.
Entah dorongan dari mana, aku mengirim permintaan pertemanan dan ia pun menerima pertemanan dan Percakapan pun mengalir, hangat seperti matahari. “Aku mulai bertanya dan saling bertukar kabar dengan pertanyaan sederhana, tapi sesungguhnya aku berharap apakah masih adakah ruang di hatinya untuk orang baru seperti aku?” tanyaku dalam gumam.
Dari sana, semuanya seperti ditulis ulang oleh takdir. Ia kekasih hatiku ini persis didepanku hanya saja ia sementara di salah satu warung berhadapan dengan pasar Sanggeng Manokwari.
Tanpa pikir panjang, aku pun melangkah ke sana terdorong oleh sesuatu yang tak bisa dijelaskan logika. Dan aku tetap melangkah menemuinya seperti seorang perindu yang tak sanggup lagi berdamai dengan jarak, luka dan cinta yang patah.
Dia menyambutku dengan senyum, senyum yang tidak hanya membuat hati damai namun senyum itu juga mengobati luka di sukma. Tidak ada janji, tidak ada sumpah. Hanya dua manusia yang saling merindukan untuk obati luka di jiwa yang sempat beku dengan sumpah setia yang baru. Pagi pun tiba, dan ia pamit kembali ke tugasnya dan waktu kembali jadi penghalang. Aku di Manokwari Selatan, dia di Manokwari. Tapi cinta tak tahu soal lelah menunggu.
Suatu hari, pesan singkat darinya masuk ke phonselku. Seketika itu, seluruh rindu yang kupendam, menyeruak seperti sungai yang meluap. Kami bertemu lagi untuk kali kedua. Kali ini di sebuah rumah kecil sederhana di maripi. Tidak mewah, tapi penuh kasih. akhirnya dua hati yang tersesat kini menemukan rumahnya dan merajut cinta dan berjanji lewat sumpa setia untuk saling memiliki.
Di tengah badai rumah tanggaku yang nyaris karam, kehadiran wanita ini (Bakit) datang seperti malaikat tak bersayap dari surga. Dia tak pernah berkata banyak, tapi tindakannya selalu bicara. Dia merawat, menemani, memahami tanpa meminta apa-apa sebagai imbalan.
Ia tak punya sayap, tapi setiap pelukannya mampu mengangkatku dari keterpurukan. Ia tak memakai jubah malaikat, tapi kasihnya menyembuhkan batinku. Bagiku, ia adalah doa yang dijawab Tuhan, saat aku nyaris kehilangan kepercayaan pada cinta.
Di malam-malam sepi, aku berdoa “Tuhan, kalau dia adalah cinta yang Kau kirimkan dari langit, jangan biarkan dunia memisahkan kami untuk yang keduakalinya. Satukanlah, sampai uban tumbuh di kepala kami, sampai napas terakhir datang menjemput.”
Kini, di era serba layar ini, cinta bisa lahir dari notifikasi. Bukan lagi dari tatapan langsung, tapi dari satu like, satu komentar, satu pesan di inbox.
Lelaki tak lagi menaklukkan perempuan lewat kekuatan, tapi lewat pujian lembut: Dan kalimat itu diulang berkali-kali bisa membuka pintu hati yang sudah lama dikunci.
Tapi tak semua cinta datang dengan niat suci. Ada yang datang dengan racun halus, membisikkan kekurangan pasangan sang perempuan, hingga ia merasa tak lagi dicintai. Lalu pelan-pelan, ia membuka hati untuk lelaki lain yang hanya lebih pandai berkata manis.
Media sosial jadi cermin ilusi. Di sana, kata bisa menjelma pelukan, emoji bisa jadi tanda rindu. Kita bisa merasa dekat, meski ribuan kilometer terpisah. Tapi cinta yang sejati… bukan sekadar kata-kata. Perempuan tak butuh gombal. Ia butuh hadirnya pada saat ia menangis, saat ia lelah, saat ia nyaris menyerah.
Cinta kami boleh saja lahir dari dunia maya, tapi ia hanya akan tumbuh jika disiram dengan kejujuran, dan dipelihara dengan setia di dunia nyata. jika kau temukan satu hati yang tak hanya berkata, tapi sungguh-sungguh ada, maka peluklah ia baik-baik. Karena itulah anugerah Tuhan, yang tak semua orang bisa temukan.
Siap tidak siap, mau tidk mau, waktu akan terus melaju, entah untuk menyakiti atau untuk membahagiakanmu kelak itu sebuah misteri, tugas kita adalah siapkan saja tawa dan air mata kita untuk kelak lalui semua itu dengan cinta.
(Kisah cinta kusme untuk bakit yang hadir sebagai sang malaikat untuk menolong kekasih hatinya dan melupakan kepingan masa lalu)


