Sorong, Petarung.org- Siang itu Kamis (6/3/2025) Kota Sorong diguyur hujan, kami menyusuri Jln. Jenderal A. Yani menuju Ramayana Mall Sorong, untuk bertemu sosok perempuan asli Papua yang tangguh, perempuan muda itu berpakaian khas dengan rambut gimbal, sosok ini tidak asing bagi para pekerja pengorganisir rakyat di antero Sorong Raya, terutama pegiat ekonomi dan pendamping komunitas dan organisasi masyarakat sipil di kota ini.

Perempuan itu adalah Yunice L. Demetouw yang akarab disapa Eche, dia sudah seperti sahabat kami sendiri, jadi tempat kami diskusi dan berdialetika tentang hidup oraginisir pelaku usaha, tentang organisir pemuda dan perempuan menoken.  Ia sederhana, murah senyum, bersahabat dan mudah diajak ngobrol. Itu mungkin kesan pertama, bagi setiap orang yang baru mengenal perempuan asal Kota Jayapura peranakan Maybrat.

Perempuan Jayapura Papua yang lahir besar di Kota Sorong ini, aktif untuk kerja-kerja organisir dan hal itu kita bisa lihat dari kerja-kerja nyata di lapangan, retorika dan argumentasi dari kawan kita ini, memang senantiasa didasarkan pada argumentasi dan retorika yang dibuktikan dalam kerja-kerja nyata. Dalam memahami dinamika kehidupan ekonomi, sosial dan budaya dengan pendekatan sosial kultural disadari dengan kemampuan kerja-kerja organisir dan bangun jejaring dia memang perempuan pekerja keras.

Untuk organisasi sendiri ia menerima amanat sebagai koordinator atau ketua untuk Papua Youth Creative Hup (PYCH) di Kota Sorong dan aktif juga di Menoken, Perempuan Papua yang  punya motto hidup “Selalu utamakan pengabdian dan keikhlasan hanya untuk kerja-kerja sosial ini,” selalu konsen untuk menjaga hutan jaga tanah bagaimana bahan baku produk anyaman tetap terjaga dan berkelanjutan, memberdayakan sesama perempuan-perempuan Papua, mama-mama, adik-adik perempuan supaya dong percaya diri mampu memanfaatkan mereka punya hasil hutan untuk kembangkan kearifan lokal Karena itu satu Rahmat yang Tuhan berikan untuk kita sebagai orang Papua hidup berdampingan dengan alam. Dan selain kerja organisir ia juga aktif di organisasi, terutama di organisasi PYCH Kota Sorong.

Dalam satu kesempatan kepada tim Petarung.org ia berbagi pengalamannya dalam hal organisir masyarakat, pengalamannya kerja di pendamping sosial kerja-kerja organisasi UMKM, itu tidak pernah terlepas dari tanggung jawab sebagai perempuan Papua yang ingin menjaga dia punya noken. Perempuan Papua yang bagaimana dia ingin melihat dia punya perempuan lain dia ingin lihat dia punya saudara laki-laki dan dia lihat dia punya kaum bagaimana mereka bisa berdaulat secara ekonomi, dia bisa mandiri secara ekonomi dengan membangun upaya-upaya pengembangan ekonomi kreatif.

Bagaimana jalankan semangat dan visi ini untuk menjadi tulang punggung ekonomi keluarga, mama-mama berdaya secara ekonomi untuk menjadi tulang punggung ekonomi untuk dapur orang Papua, untuk ekonomi keluarga orang-orang Papua. Jadi hal ini yang menjadi doa kami semoga engkau senantiasa sukses, pengorganisir perempuan Papua yang baik, pekerja keras dan perepuan yang bersahaja, doa kami semoga engkau senantiasa sukses dalam usaha dalam upaya untuk seleksi Dewan Perwakilan Rakyat jalur pengangangkatan di Kota Sorong.

“Saya tidak punya orang dalam, saya ikut seleksi tidak punya modal, tidak punya uang yang cukup, saya hanya punya iman dan hanya modal nekat, baimana pun saya akan ada disana untuk memperjuangkan hak-hak perempuan Papua. Saya melihat ruang-ruang ini yang kemudian selama ini kita sudah dorong tapi tidak jalan karena kita tidak punya orang di sana” ungkapnya.

DPRD Kota Sorong sendiri perna punya kaka Elizabeth Nauw yang aktif untuk dorong ruang ini, tetapi karena periode ini kaka dia tidak ada di sana, ya saya lihat itu sebagi ancaman serius, terutama untuk kita pengrajin-pengrajin noken dan pegiat ekonomi mama-mama Papua.

Sehingga sebagai pengorganisir, minimal juga kita duduk di bagian itu, itu bukan berarti kita yang terbaik dan perempuan Papua lain tidak, bukan itu. Kita juga harus akui ada juga perempuan-perempuan Papua lain yang hebat, bahkan kerja-kerja mereka itu lebih dari kerja yang mulia karena memahami orang lain. Mereka yang kerja untuk isu Pendidikan, Lingkungan dan isu kesehatan mereka yang rela mendampingi orang dengan HIV/AIDS di kota ini secara sukarela, ada yang kerja untuk organisasi dan ada yang kerja individu dan sekali lagi kerja hanya sukarela.

Mereka juga kerja-kerja nyata di kota ini, dengan kerja-kerja dalam diam juga, cuma sayang orang-orang baik seperti ini yang kita semu belum dikasih kesempatan saja untuk sama-sama berkolaborasi duduk jadi Wakil Rakyat dengan jalur pengangkatan, untuk mengurus sektor-sektor ini. Baik itu pendidikan, kesehatan, UMKM, Pemuda jalanan, pemuda lingkungan dan isu lintas sector lainnya.

Jadi tujuan saya duduk di DPRK itu bagaimana kita dorong generasi muda kita, bagaimana mama-mama, kita dorong pengrajin-pengrajin, mereka bisa memajukan usaha mikro kecil dan menengah yang mereka miliki, jadi untuk menciptakan lingkungan usaha yang berkelanjutan dan mendukung keberlanjutan ekonomi lokal dan menjaga alam demi menjaga hutan kalau memang itu bahan lokalnya dari pangan lokal harus kita dukung, karena mereka ikut menjaga keberlanjutan dari pangan-pangan lokal, jadi peran anak muda di sini sangat strategis. kita tidak hanya pastikan untuk merek mudah akses modal usaha yang cukup, namun jauh lebih penting adalah kita membangun ekosistem pendampingan yang baik, agar usaha mereka tetap berkelanjutan.

Apalagi saat ini, UMKM tidak lepas dari digitalisasi, anak-anak muda hari ini bisa akses ruang untuk produk, mulai dari bren, kemasan, sampai dengan label dan lebel halal dan masuk ke pasaran. Itu anak-anak muda Papua juga bisa, apalagi jualan untuk digitalisasi dan manfaatkan media online dan ofline, jadi ada yang harus mendorong, ada yang harus dikembangkan, ada yang harus melatih mereka jadi para pelaku usaha khususnya UMKM di kota Sorong yang bukan sekedar pendekatan program. habis program habis uang, tidak kita bangun ekonomi yang berkelanjutan.

Karena itu satu sektor yang juga bisa menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, kalau memang teman-teman UMKM hidup dan bisa menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, jika pangan lokal yang dikembangkan, dia bisa kembangkan sektor pertanian dia bisa menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, teman-teman Papua yang bikin Yayasan, bikin LSM, bikin Komunitas, bikin UMKM, bikin Forum mereka itu kalau kita suport baik, kita kasih biaya baik, kita buat ekosistem usaha baik,  kita bentuk semua ekosistem mulai dari hulu sampai hilir dengan kebijakan yang baik dan pengawasan yang baik dan

Jika kita benahi baik saya yakin mereka akan mampu buka lapangan pekerjaan dan menyerap tenaga kerja. jadi saya di sini, saya minta kepada seluruh organisasi yang ada masyarakat adat kita kasih rekomendasi sama orang yang maju di DPRK itu, kasih rekomendasi kepada orang yang mendukung yang membuat agenda yang mendukung pengembangan pelaku usaha di kota ini.

Semua orang bisa maju, semua orang punya hak untuk mengikuti prosedur untuk duduk di DPRK perwakilan wilayah kabupaten dan Kota Sorong. tetapi dia tidak bisa menjelaskan seperti apa pelaksanaan mulai duduk di sini bertanggungjawab dengan isu-isu apa yang kemudian dia bisa pertanggungjawabkan ke masyarakat, untuk pengembangan masyarakat. Jadi di sini untuk pengembangan Usaha Ekonomi Mikro Kecil Menengah itu kita lakukan untuk pertumbuhan dan kemandirian ekonomi, bagaimana kita mendukung pertumbuhan ekonomi bagi mama-mama dan perempuan pegiat dan pelaku usaha di wilayah Kota Sorong.

Kota Sorong ini ada banyak sanggar, ada komunitas yang hidup, tetapi dia tidak punya ruang dia punya tempat jualan, dia tdak punya akses modal yang cukup untuk kontrak ruko atau dia tidak dapat modal yang cukup untuk bagaimana bangun brand, untuk jualan dia tidak percaya diri. Jadi bagaimana kita dorong pemerintah dan instalasi terkait untuk dorong bagian ini. sementara ifen pameran-pameran yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi juga jarang dikembangkan.

Pada pelaksanaan pengembangan UMKM jangan hanya kasih modal, terus kita tidak awasi itu fatal, tapi bagaimana kita lihat UMKM yang betul-betul ada di lapangan yang dia kerja jangka waktu lama, itu yang kita bantu jangan kita asal bantu modal, kita lihat orang yang datang bawa proposal dan bawa segala macam omong kosong dia hanya akses modal untuk pakai bikin barang lain.

Jadi sebagian pegiat usaha di Papua ini dia hidup dengan budaya begitu dan jangan harap UMKM bisa hidup dan bersaing dengan orang lain kalo masi praktekan pola itu, namun bagaimana kita ikut awasi, ikut bekali dengan pemahaman dan ilmu-ilmu yang cukup tentang UMKM, itu yang kita kembangkan agar mereka yang punya kerajinan kriya, dia yang punya makanan, minuman, cenderamatanya dan kopi serta oleh-oleh ini UMKM yang ada ini kita tidak pernah bimbing mereka ke arah itu secara baik.

Kita asuh mereka untuk jadi satu ruang untuk hidupkan, semangat-semangat ini, kerajinan-kerajinan ini bagaimana kerajinan di kriyanya, kerajinan dimakanannya, kerajinan diminumannya, kerajinan di cendramatanya, disouvenirnya, entah kopi dan dipertanian. itu yang kita kembangkan mereka. Saya kalau atas seijin Tuhan dan leluhur rerestui saya duduk di DPRK Kota Sorong, yang saya perjuangkan itu.

Harus ada langka strategis untuk mendukung pengembangan produk lokal dalam pengembangan Pemuda asli Papua, UMKM itu sebenarnya pintu masuk untuk memperkuat perekonomian masyarakat. jadi kita harus mendukung pengembangan produk unggulan lokal di Sorong dan produk unggulan lokal itu dari masyarakat adat di tanah Moi Kota Sorong dan masyarakat lain yang hidup di tanah eges pumun ini.

Produk unggulan lokal dari pengrajin dari perempuan Moi, pengrajin dari perempuan Maybrat, perempuan Biak, Perempuan Mee, pengrajin noken dari semua perempuan Papua, ini harusnya ada UMKM yang mempromosikan untuk mendorong peningkatan perekonomian masyarakat.

Orang Papua ini mampu, pemuda-pemuda hanya tidak punya modal, dan sistem yang kuat bangun UMKM sehingga mereka tidak tidak percaya diri, hal-hal ini yang kita dorong jadi mama-mama ini belum turun duduk di pasar. Perempuan Papua itu tulang punggung ekonomi masyarakat. Roda ekonomi UMKM dan usaha-usaha emperan toko, pondok pinang, pegiat usaha trotoar, pedagang jualan musiman, pemborong.

Mereka tetap menjadi tulang punggung perekonomian, namun juga mereka menjadi penggerak roda ekonomi sekaligus dia juga jaga identitas budaya melalui produk-produk yang mencerminkan keunikan dan kearifan lokal, jika kita melihat ruang ini dan awasi baik untuk mereka berkembang. Jadi dengan adanya proses saya ikut partisipasi dalam seleksi DPRK Kota Sorong, saya ingin duduk di situ untuk menyuarakan apa yang menjadi harapan dari pelaku-pelaku usaha mikro kecil menengah, sesuai apa yang selama ini kita dampingi.

Kunci pertumbuhan ekonomi juga yang harus berkelanjutan, jadi pelaku usaha dia terus eksis, dia terus berinovasi, berkontribusi, kita masuk kampung ajar orang di dusun-dusun ajar mama-mama di kampung-kampung, ajar perempuan-perempuan anak-anak muda di kampung-kampung dan di pinggiran kota ini untuk bagaimana dia menjaga dia punya hutan sebagai sumber dari kearifan lokal yang ada di sana.

Dia jaga dia punya hutan supaya tidak dibabat dengan investasi-investasi besar, supaya di situ ada stok daun tikar, ada daun pandan, ada kulit kayu genemo, kulit kayu biyik dan kearifan di sana kita kembangkan jadi bahan-bahan dasar untuk anyaman, selain serat kulit kayu serat daun-daun, serat dari daun nanas itu dikembangkan di kreativitas dan inovatif dan bikin jadi barang-barang yang nilai ekonomis tinggi terutama untuk perempuan-perempuan pesisir dan itu akan jadi kunci pertumbuhan ekonomi pegiat UMKM dan itu harus berkelanjutan.

“Tujuan saya bersaing dengan 24 calon DPRK untuk duduk di kursi itu, bagaimana kita dorong generasi muda, kita dorong bagaimana mama-mama, kita dorong bagaimana pengrajin-pengrajin, perempuan-perempuan mereka bisa memajukan mereka punya usaha mikro kecil dan menengah, untuk menciptakan lingkungan usaha yang berkelanjutan dan mendukung keberlanjutan ekonomi lokal selain menjaga alam mengingat bahan lokalnya baik pangan lokal dan kebutuhan bahan dasar itu semua datang dari kearifan lokal yang ada di hutan” ujarnya.

saat ditanya soal ada tidak kendala, sebagai perempuan Papua asal suku Tabi yang maju DPRK di daerah pengangkatan Kota Sorong, ada tidak semacam kendala yang ia takuti dalam mengancam langkahnya menuju DPRK? Ia sampaikan bahwa ia tidak masuk apalagi merampas kesulungan kuota DPRK untuk suku Moi, mereka suku ini punya noken sendiri, begitupun kita perempuan papua asal suku lain kita punya noken sendiri, kebetulan kita lahir besar di sorong, mama perempuan sorong dan semua pelayanan dalam kerja organisir juga kita habiskan untuk orang yang punya noken disini.

tra mungkin kita kasi rusak mereka punya noken dan setiap suku punya filosofi sendiri-sendiri untuk noken mereka. Saya hanya coba bagian saya sebagai perempuan papua yang hidup di kota ini, melayani untuk suku Moi dan semua lapisan masyarakat disini saya hanya ingin berjuangan agar ekonomi keluarga dari pelaku UMKM aman, maka semua aspek akan aman. Alam dan leluhur tanah Moi juga tau siapa perempuan Papua yang melayani dan menghargai di mereka punya milik pusaka ini, yang nanti alam dan leluhur seleksi sendiri secara alami.

Saya maju dengan rekomendasi dari suku Tabi yang ada di Kota Sorong, saya bukan ambil rekomendasi milik dari kawan-kawan suku Moi. “saya pengrajin noken dan pengorganisir masyarakat menoken, saya tau apa arti noken, dan apa isi noken yang menjadi milik suku setempat, kita hanya bersaing sehat dan tawarkan gagasan dan dari saya intinya Kalau ekonomi keluarga aman, maka semua aspek akan aman, itu yang ingin saya wujudkan jika duduk sebagai wakil di DPRK Kota Sorong” ujarnya. (CR1)