Oleh : Nesta

Belajar adalah suatu proses perubahan didalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut tampak dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya pikir dan kemampuan lainnya.

Berbicara tentang belajar dan pembelajaran tersebut sangat perlu diketahui dan dipahami oleh para pendidik maupun calon pendidik, agar mereka mampu memahami bagaimana proses belajar dan pembelajaran yang baik, sehingga mereka dapat mendidik para peserta didik dengan baik.

Secara umum berdasarkan orientasinya teori tentang belajar dan pembelajaran diklasifikasikan menjadi empat yang meliputi teori belajar kognitif, teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik, teori belajar sosial dan lain-lain.

Psikologi humanisme merupakan aliran psikologi yang berlandaskan pada eksistensiamisme yaitu paham yang menolak menempatkan manusia semata-mata sebagai hasil hereditas atau lingkungan.

Aliran ini menganggap bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk memilih tindakan, menentukan sendiri nasib atau eksistensinya itu.

Teori belajar humanistik merupakan salah satu teori belajar yang paling abstrak diantara teori belajar yang ada, karena teori ini lebih banyak membicarakan gagasan tentang belajar yang paling ideal dari pada memperhatikan apa yang bisa dilakukan dalam keseharian.

Teori belajar humanistik memiliki tujuan untuk memanusiakan manusia. Belajar dalam teori humanistik dikatakan berhasil jika peserta didik bisa memahami lingkungan dan dirinya sendiri (mencapai aktualisasi diri).

Berbeda dengan teori belajar behavioristik dan teori belajar kognitif, yang terpenting dari teori belajar humanistik adalah menekankan pada kehidupan kejiwaan manusia, di dalamnya terdapat potensi-potensi manusia yang khas dan istimewa yang perlu dibangkitkan atau diberdayakan.

Teori humanistik lebih mengedepankan sisi humanis manusia dan tidak menuntut jangka waktu pembelajar mencapai pemahaman yang diinginkan, akan tetapi lebih menekankan pada isi atau materi yang harus dipelajari agar membentuk manusia seutuhnya.

Proses belajar dilakukan agar pembelajar mendapatkan makna yang sesungguhnya dari belajar atau yang disebut Ausubel sebagai meaningful learning.
Meaningful learning bermakna bahawa belajar adalah mengasosiasikan pengetahuan baru dengan prior knowledge (pengetahuan awal) pembelajaran

Setiap proses pembelajaran memiliki kecepatan belajar yang berbeda-beda sehingga keberhasilan belajar akan tercapai apabila pembelajaran dapat memahami diri dan lingkungannya.

Hal ini karena setiap manusia adalah unik dan tugas pendidik adalah membantu mengenali sisi unik tersebut serta mewujudkan potensi yang dimiliki oleh siswa atau mahasiswa.
Abraham maslow mengemukakan bahwa seseorang berperilaku pada dasarnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis.

Abraham Maslow merupakan salah satu pelopor aliran humanistik. Abraham Maslow merupakan salah satu pelopor aliran humanistik. Maslow percaya bahwa manusia begerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin.

Teori yang sangat terkenal adalah teori hirarki kebutuhan Maslow. Maslow menjelaskan bahwa manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuahan kebutuhan hidupnya. Kebutuhan tersebut bertingkat dari yang paling rendah (bersifat dasar/ fisiologi) sampai dengan yang tertinggi (aktualisasi diri).

Dalam perspektif humanistik (humanistic perspective) menuntut potensi peserta didik dalam proses tumbuh kembang,
kebebasan menemukan diri, potensi dimiliki dan jalan hidupnya.

humanistik menuntut potensi peserta didik dalam proses tumbuh kembang bebas dalam menemukan jalan hidupnya.
menganggap peserta didik sebagai subjek yang merdeka guna menetapkan tujuan hidup dirinya. Peserta didik dituntun agar memiliki sifat tanggung jawab terhadap kehidupannya dan orang di sekitarnya.

Hirarki kebutuhan menurut Abraham Maslow
1). Kebutuhan fisiologi / dasar seperti makan dan minum
2). Kebutuhan akan rasa aman nyaman dan tentram seperti terhindar dari kriminalitas, binatang buas, diejek direndahkan dll
3). Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi seperti bagaimana rasanya dianggap di komunitas sosialnya
4).Kebutuhan untuk dihargai seperti rasa bagaimana dibutuhkan untuk kepercayaan dan tanggung jawab dari orang lain
5). Kebutuhan aktualisasi diri untuk membuktikan dan menunjukkan dirinya terhadap orang lain.

Dalam referensi lain menjelaskan bahwa inti dari teori Maslow adalah bahwa kebutuhan tersusun dalam suatu hirarki.

Self Aczltualization ( akualitas Diri)
Esteem needs ( kebutuhan akan penghargaan)
Social Needs ( kebutuhan akan memiliki dan kasih sayang)
Safety needs ( kebutuhan akan keamanan)
Physiological Need (kebutuhan pisigologi)

Kebutuhan di tingkat yang paling rendah adalah kebutuhan fisiologi dan kebutuhan ditingkat yang paling tinggi adalah kebutuhan aktualisasi diri.

Sementara itu menurut Teori humanistik Rogers lebih penuh harapan dan optimis tentang manusia karena manusia mempunyai potensi-potensi yang sehat untuk maju.

Dasar teori ini sesuai dengan pengertian humanisme pada umumnya, di mana humanisme adalah doktrin, sikap, dan cara hidup yang menempatkan nilai-nilai manusia sebagai pusat dan menekankan pada kehormatan, harga diri, dan kapasitas untuk merealisasikan diri untuk maksud tertentu, yang nantinya akan dihubungkan dengan pembelajaran atau pendidikan yang manusiawi.

Rogers merupakan seorang psikologi humanistik yang mementingkan perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah
kehidupannya.

Rogers berpendapat bahwa peserta didik yang belajar hendaknya tidak dipaksa akan tetapi mereka dibiarkan untuk belajar bebas, peserta didik harapannya dapat megambil keputusan sendiri dan bertanggung jawab atas pilihannya. Rogers mengemukakan lima hal penting dalam proses belajar humanistik yaitu :

1). Hasrat untuk belajar, hasrat untuk belajar disebabkan adanya hasrat ingin tahu manusia yang terus menerus terhadap dunia sekelilingnya

2). Belajar bermakna, peserta didik yang belajar memilih apakah kegiatan yang dilakukan bermanfaat untuk dirinya atau tidak

3). Belajar tanpa hukuman, belajar yang terbebas dari ancaman hukuman yang menyebabkan anak bebas berekspresi sehingga mereka mampu bereksperimen hingga menemukan sesuatu yang baru

4.) Belajar dengan inisiatif sendiri, menyiratkan tingginya motivasi belajar intrinsik yang dimiliki peserta didik yang banyak berinisiatif mampu mengarahkan dirinya sendiri, menentukan pilihannya sendiri serta berusaha menimbang sendiri hal yang baik bagi dirinya

5). Belajar dan perubahan, peserta didik harus belajar untuk dapat menghadapi kondisi dan situasi yang terus berubah.

Menurut Rogers proses belajar adalah membantu peserta didik agar ia sanggup mencapai perwujudan dirinya (self realization) sesuai dengan kemampuan dasar dan keunikan yang dimiliki peserta didik.

Rogers juga menyebutkan bahwa keberadaan manusia makna proses pembelajaran (significant learning) itu sangat berpengaruh terhadap proses belajar. Belajar signifikan terjadi ketika belajar dirasakan relevan terhadap kebutuhan dan tujuan peserta didik.

Selain itu, Rogers juga mengatakan bahwa setiap manusia mempunyai potensi belajar secara alami. Dengan demikian, ada keinginan untuk belajar (the desire to learn). Hal ini bisa dilihat dari keingintahuannya anak ketika ingin menjelajahi lingkungannya, berusaha untuk menemukan dan memahami pengetahuan dari pengalaman.

Pendidikan Pembebasan Berbasis Humanistik
Pendidikan memanusiakan manusia.
Guru Sebagai Fasilitator dalam Pembelajaran berbasis Humanistik

Teori humanistik lebih merujuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai teknik-teknik yang diterapkan.

Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa, memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa

Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran dengan memahami panduan sebagai seorang fasilitator. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan awal, situasi kelompok dan pengalaman kelas.

Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperoleh tujuan-tujuan perorangan didalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.

Fasilitator mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi didalam belajar yang bermakna tadi.
Fasilitator mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber belajar yang luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka. Fasilitator menempatkan dirinya sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.

Fasilitator menerima dan menanggapi ungkapan-ungkapan didalam kelompok kelas baik yang bersifat intelektual maupun sikap perasaan.
Guru dalam teori belajar humanistik membantu peserta didik untuk memahami secara mendalam dirinya sehingga peserta didik bisa mengembangkan kemampuan yang ada dalam diri mereka.

Guru juga mencoba menciptakan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan dalam menciptakan, membayangkan, berpengalaman, berintuisi, merasakan dan berfantasi.

Menurut Eveline Siregar dan Hartina Nara dalam bukunya Andi Setiawan yang berjudul Belajar dan Pembelajaran, teori ini bersifat eklektik artinya teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuannya untuk memanusiakan manusia.

Sebagai contoh teori bermakna Ausubel dan taksonomi tujuan belajar Bloom dan Krathwohl diusulkan sebagai pendekatan yang dipakai oleh aliran kognitif padahal teori ini juga diusulkan dalam aliran humanis. SALAM

(*) Penulis Adalah Aktivis Hak Asasi Manusia