Oleh: Imanuel Tahrin, ST (*)

Siang itu cerah, terik sinarnya menusuk kulit seakan ingin membakar jiwa-jiwa yang patah, di tengah hawa yang panas, ditemani klakson kendaraan bisingnya knalpot yang terus mengeluarkan asap hitam, kian menambah aroma pengab sebagai kota maju, menjadi bukti kehidupan Kota Sorong kian padat.

Di bawah mentari yang bersinar utuh, sekelompok pemuda yang menamakan diri Forum Pencari Kerja (Pencaker) Orang Asli Papua Provinsi Papua Barat Daya, menggelar aksi di lampu merah, di trotor jalan-jalan utama dekat Km.10 Kota Sorong.

Mereka hendak menggalang dana untuk biaya tiket menuju Jakarta, menyampaikan aspirasi kepada pemerintah pusat terkait hasil tes Seleksi Kompetensi Dasar tahun 2024 yang dianggap tidak adil bagi putra-putri asli Papua.

Siang itu 10 Desember 2024, saya melintas di jalan utama Km 10, dari arah kota ingin kembali ke Aimas, saya turunkan kaca mobil hendak  beberapa uang sumbangan yang saya siapkan karena yang berdiri dengan payung dan karton adalah Orang Asli Papua, dengan kacamata dan masker debu. Mereka berdiri memohon uluran tangan dari setiap pengendara kendaraan yang melintas.

Melihat semua peserta aksi galangan dana, semua nyaris orang Papua (Maybrat) itu jelas menggugah hati, saya kemudian turunkan kecepatan mobil dengan setengah kaca mobil yang sudah turun dari jauh, saya ingin beri sedikit sumbangan dari saya, dan kemudian saya menyapa mereka.

“Siang ade, ini aksi apa?” mereka kemudian secara spontan menjawab “Siang kaka, ini ade-ade aksi galangan dana untuk biayai perjalanan teman-teman forum pencaker di Jakarta” 

Mendengar penjelasan mereka, saya kembali bertanya

“Ade-ade sudah makan?”  jawab mereka “kami sudah makan kaka” “mungkin kita hanya butuh minuman dingin, mengingat cuaca hari ini panas kaka” tambah salah satu adik yang menyapa saya.

Saya kemudian berhenti di tempat aman, dan memanggil salah satu perwakilan anggota forum pencaker untuk ikut sama-sama kita cari beberapa minuman air mineral di toko terdekat.

“Ade mari kita sama-sama jalan cek air di took” ajak saya

adik bernama Yosua Naa dan Fiktor Murafer, naik ke dalam mobil dan kita bergerak menuju indomart terdekat di area Km 10.

“lokasi aksi itu di lokasi lampu merah dekat Toko Elin Kota Sorong, lampu merah Kilo 10, serta melalui longmarch ke Pasar Remu Kota Sorong” ujarnya.

Aksi ini tberlangsung sejak Selasa (10/12/2024) dan direncanakan akan berjalan selama tiga hari berturut-turut.

Dana yang terkumpul kelak akan digunakan untuk keberangkatan mereka ke Jakarta, guna mengajukan aspirasi terkait penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di Papua Barat Daya.

Para Pencaker menilai hasil SKD tidak mengakomodir OAP secara adil. Mereka juga menyayangkan adanya kuota yang diisi oleh non-OAP, yang dianggap merugikan.

“Kami tidak bisa menerima kenyataan bahwa banyak peserta dengan nilai tinggi tetapi tidak lolos karena kuota diisi oleh non-OAP” tegas Yosua

Selain itu, para Pencaker telah menyiapkan pengacara untuk mengajukan gugatan hukum jika diperlukan. Mereka berharap keadilan dapat diperoleh melalui jalur hukum apabila hasil tes SKD tidak diubah.

“Untuk teman-teman yang merasa dirugikan dengan hasil SKD, kami minta bersabar. Kami akan terus berjuang dan memastikan hak kalian tetap diakomodir,” tambahnya.

Besar harapan dari para pencaker ini, mereka ingin ke Jakarta. Para Pencaker berharap bisa bertemu langsung dengan Presiden Prabowo Subianto, Menteri PAN-RB Rini Widyantini, dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming di Jakarta untuk menyampaikan aspirasi mereka secara langsung.

Pencaker berjanji untuk terus berjuang demi mendapatkan keadilan bagi OAP di Papua Barat Daya.

Melihat perjuangan mereka dan mendengar penjelasan mereka, sebagai orang Papua saya hanya memesan kepada mereka “Jika apa yang adik-adik lakuakn itu hal yang benar, terus berjuang sampai keadilan itu kalian dapat,” ucap saya dalam diskusi singkat di dalam mobil.

Setelah kembali dari indomart, selepas perjalanan singkat mencari air mineral dan minuman dingin dan tinggalkan mereka lnjutkan aktifitas di lampu merah, saya sempat berpikir dalam gumam. Dari Lampu Merah Ke Lampu Merah mereka rela berdiri Untuk Biayai Pejalanan Pencaker PBD mencari keadilan dan secerca harapan.

“Sa bahagia, bisa berbagi bersma-sama mereka, mendengar keluhan dan persoalan mereka yang pelik. Walaupun berat, saya bangga lihat idealisme mereka, tetap semangat mengorganisir diri, oraginir isu dan organisir dana untuk terus advokasi dalam mencari keadilan,”

Saya berharap Tuhan sayang dan lindungi setiap perjuangan pencaker. Tuhan sayang, beri juga hikmat bagi pemerintah Provinsi Papua Barat Daya untuk ambil solusi dan kebijakan yang baik agar masalah Pencaker di PBD bisa diatasi dan diselesaikan dengan baik. SEMOGA

(*) Penulis Adalah Mantan Aktivis Pecinta Lingkungan