Sorong, Petarung.org- Suku Maybrat adalah suku yang berbudaya, salah satu suku yang mendiami wilayah adat Doberai di wilayah pegunungan di Sorong Raya. Suku Maybrat Memiliki sub suku besar antara lain sub suku Ayamaru, Aitinyo dan Aifat dan satu lagi sub suku yang terus masi diteliti di wilayah Maybrat adalah adalah sub suku Mare.
Orang Maybrat di zaman leluhur orang tua kita dulu memiliki seni budaya, antara lain; seni tari, seni lukis, seni menoken, seni merajut, seni tato, seni musik, seni tindik. dan rumah adat yang unik dan sekali lagi semua ini sudah menuju ambang kepunahan karena tidak dilestarikan.
Hal itu disampaikan oleh salah seorang tokoh masyarakat adat Maybrat, dalam sebuah kesempatan saat mengikuti diskusi Pleno Dewan Adat Papua, wilayah adat Doberai akhir tahun 2024 di Manokwari, Simson Soni Bless, SH kepada Petarung.org mengatakan Ia sangat khawatir karena budaya asli Maybrat terus terancam dan alami polarisasi budaya. Hari ini, tinggal seni menoken dan seni merajut, dua seni budaya yang masi eksis di bumi A3.
Rajutan manik-manik untuk ikatan kepala dan kalung itu salah satu perhiasan dan peninggalan budaya masa lampau yang masih eksis hingga sekarang, sekalipun gunakan bahan dasar saat ini, dari bahan modern yang gunakan butiran kecil yang memiliki lubang sehingga dirangkai menjadi perhiasan yang bahan dasarnya pengrajin dapat dari toko.
“Kalo dulu bahan dasarnya dari tanaman liar di hutan. manik-manik yang orang tua-tua dulu gunaka bahan dekorasi kecil. Memiliki berbagai macam ukuran dan bentuk yang terbuat dari bahan-bahan seperti batu, tulang hewan, cangkang, bambu, kayu, atau mutiara dengan lubang kecil untuk memasang benang atau tali untuk dirangkai. dan manik-manik budaya asli masyarakat Maybrat itu memang sudah hilang,” Ujarnya.
sementara menoken untuk pembuatan noken asli Maybrat dari kulit kayu Genemon dan kulit kayu Byik. Pembuatan payung, alat tidur dan sarung kain timur.
“Untuk pembuatan cendera mata dan oleh-oleh noken (Yu Ati) dan topi, sementara menoken lain itu bisa dari daun tikar untuk buat koba-koba dan alat buat sarung kain timur, payung dan alat tidur,” ujarnya.
Ia menambahlan, banyak seni yang sudah hilang, tetapi kita masi bisa lihat adalah seni tindik telinga dan tindik hidung serta seni tato. seni ini kita bisa lihat di tubuh orang-orang tua kita, masi ada tindik hidung dan telinga. dan budaya tato gunakan pola tumpal, garis tangga, dengan pola mata hewan, matahari dan alam dan tulang hewan, nama orang dan inspirasi nama dusun menjadi seni tindik di tubuh orang-orang tua kita dulu.
“Orang Maybrat punya seni tato dan seni tindik telinga dan tindik hidung namun semua seni itu juga suda hilang juga,” Ujarnya.
sedangkan untuk seni tari, orang maybrat punya tari srar, dansa, kepercayaan seperti upacara nikah, upacara adat, upacara kematian dan mengantar arwah leluhur. Sementara untuk seni musik di kalangan orang Maybrat, punya budaya seni musik asli akustik Maybrat, alunan syair lagu songger, dan lagu beklen, lagu yosim yang sudah lama hilang. seni hari ini, hanya seni yang lahir dari imitasi yang diadopsi dari wilayah lain menjadi budaya seni di wilayah Maybrat.
Ke depan kita harus kembalikan budaya-budaya ini, salah satu budaya yang harus segera kita lakukan adalah membangun rumah adat di wilayah sub suku dan harus dibangun lokasinya di tempat umum untuk menjadi pusat edukasi budaya dan objek wista bagi generasi Maybrat untuk mengenal kesenian mereka, baik rumah adat dan dan seni budaya lainnya.
“Maybrat punya rumah adat yang asli itu, ada 6 pintu utama dan rumah yang hari ini kita lihat di maybrat itu bukan rumah adat orang maybrat, itu hanya rumah-rumah kebun (Harit) yang orang bangun di depan rumah warga. Rumah adat orang Maybrat itu sudah hilang,” ujarnya.
Ia berharap, Pemerintah Kabupaten Maybrat dan DPRD Kabupaten Maybrat untuk berpikir keras kembalikan budaya asli orang maybrat, mengingat Maybrat itu masyarakat berbudaya, kalo kemudian budaya asli semua terus hilang, ini bahaya untuk generasi berikutnya.
“Seni budaya yang masi eksis, harap pemerintah dukung untuk lestarikan, sementara seni budaya yang sudah hilang, pemerintah wajib dorong masyarakat untuk kembali mengangkat budaya asli maybrat yang terus mengalami polarisasi dan kehilangan budaya dan itu bahaya, hilang budaya hilang jati diri,” ungkap Bless .