Sorong,Petarung.org- Perjuangan mama-mama papua dari pagi subu tembus subu, di lingkungan Pasar Sentral Remu Sorong Provinsi Papua Barat Daya, mereka bekerja untuk topang ekonomi keluarga dengan berjualan di pasar sentral sebagai penadah atau pemborong, mereka memborong aneka jualan pangan lokal di pasar sentral untuk kemudian dijual kembali.

Baik mereka yang berjualan kembali di Pasar Sentral Remu, Pasar Jembatan Puri, Pasar Surya dan Pasar Boswesen, pasar lingkungan dan pasar tertata, baik di lingkungan Malanu Kampung, Malanu Kios Anda, Pasar Yohan, Pasar Surya, Pasar Saoka, dan Suprauw dari hasil pantauan Petarung.org dinihari tadi (Jumat,26/7/2024)

sebagian aktivitas pedagang di Pasar Sentral Remu Sorong saat malam hari pun aktivitas jual beli sudah dilakukan di jam 23:00 WIT (jam 11 malam) sampai pagi di jam 06:00 WIT para pedagang berjualan di luar pasar .

Sebagian pedagang selalu memilih turun lebih awal di jam 23:00 WIT, ada yang turun di jam 00:00 WIT, adaya yang turun di jak 01:00 WIT dan ada yang Turun di jam 02:00 atau jam 03:00 WIT dan sebagian besar juga ada yang turun di jam 04:00 – 06:00 WIT

mereka wajib turun ke pasar di jam ini, agar bisa dapat barang dagangan untuk di borong langsung dari petani, yang menjual barang mereka, baik itu petani dari wilayah Aimas, Klamano, SP, Sisipan dan Katapop, dan wilayah Makbon Kab Sorong dan juga Petani lokal dari Perbatasan Sorong Selatan serta Maybrat.

Mama-mama papua ini, nyaris mereka sudah memiliki langganannya sendiri-sendiri untuk borong dagangan, baik keladi, petatas, pisang, labu, bunga pepaya, kacang panjang, gedi, pakis, daun pepaya, sagu, jeruk, kasbi, bumbu, dan beberapa jenis dagangan barang campuran lainnya.

Potret pedagang mama Papua saat istirahat malam di emperan pasar sentral untuk menanti fajar

Setelah mama-mama dapat barang dagangan, mereka sebagian besar memiilih bertahan tidur di pasar, untuk tunggu waktu dimana pintu utama pasar di buka, agar mereka masuk lebih awal menyimpan barang dagangan, dan itu berlaku bagi pedagang yang berjualan di Pasar Sentral.

sedangkan mereka yang berdagang di Pasar jembatan puri di kompleks perikanan dan pasar tertata lainnya, langsung gunakan ojek menuju tempat jualan mereka.

Kondisi mereka sebelumnya tidak punya komunitas pedagang Mama-mama Papua, tidak ada bantuan modal usaha dan tidak punya koperasi pedagang Mama-mama Papua, tidak punya angkutan pedagang, dan tidak diorganisir dengan baik.

Namun mereka tetap sabar menjalani rutinitas mereka sebagai pedagang lokal asli papua yang berdagang untuk kebutuhan rumah tangga mereka, kebutuhan sekolah anak-anak dan cucu, kebutuhan arisan, pemberian ke jemaat, kembalikan modal koperasi rentenir swasta yang bunganya memberatkan, namun itulah perempuan Papua.

mereka selalu gigih sebagai penopang ekonomi keluarga, dan simbol kemandirian ekonomi orang asli papua ada di mama-mama, dari subu kembali tembus subuh bukan hal baru bagi mereka

tetap sehat, tetap bahagia mama-mama dalam menjalani profesi kalian sebagai pedagang lokal Papua yang gigih.

jadi untuk anak-anak di rumah, tolong menghargai jeri lelah orang tuamu, mereka gigih dalam hal usahakan kesejahteraan dan pendidikan kalian dengan keringat dan perjuangan semampu mereka asal keluarga mereka bahagia (CR3)