Oleh: Petarung.org
Ancaman kualisi partai politik (Parpol) adalah sebuah dinamika pertarungan politik yang menarik untuk dikaji dalam pesta pilkada perdana di wilayah Papua Barat Daya (PBD)
Antero wilayah di PBD mulai riuh, gegap gempita pilkada gubernur mulai terasa
elit lokal berlomba-lomba hadi di aneka spanduk dan baliho, membawa visi pemimpin pro rakyat, pemimpin yang diidolakan oleh masyarakat marjinal atau masyarakat kecil seperti para pengangguran, tukang ojek, tukang parkir, petani, nelayan, penjual sayur, pedagang, sopir taksi, buruh bangunan, buruh pelabuhan, tenaga kerja bongkar muat dan tukang pemecah batu gunung, serta pekerja pasir dan lain sebagainya.
Setelah berhasil meloloskan idola mereka sebagai kandidat 01 PBD, maka pekerjaan pemimpin mereka selanjutnya adalah harus bekerja ekstra mendapat dukungan politik dari masyarakat untuk menjaga keseimbangan
setelah koalisi antara parpol dan elit itu clear
Semua calon pemimpin 01 PBD datang dengan jargon dan embel-embel parpol, bahkan mereka memainkan diskursus politik yang didasarkan pada primordialisme dan sentimen emosional
bahkan ada yang berusaha menumbangkan satu sama lain sebagai bentuk merebut kekuasaanndi lahan basah di PBD ini
sehingga wajah dan riak politik elit lokal boncengi elit nasiobal dan kepentingan parpol
buat banyak elit lokal tumbang dengan mudah
namun yang elit dan partai politik lupa adalah rakyat adalah penentu utama dalam pesta politik ini
Elit lokal dan Elit parpol sudah kualisi dalam segala bagi habis dan janji bagi-bagi kekuasaan
dan dimana posisi masyarakat?
bukankah rakyat lebih memilih sosok pemimpin bukan orang dengan lebel parpol fanatik, lebel pro elit nasional, dan lingkaran investasinya kelak setelah berkuasa
alasannya sederhana rakyat ingin perubahan, karena rakyat sudah cape dengan kemiskinan mereka yang terus menerus dijual untuk kepentingan para penggila kekuasaan
siapapun yang kelak menang di PBD adalah kemenangan mutlak untuk kemenangan rakyat itu yang harus maayarakat pilih.
Karena di kalangan akar rumput mereka tidak memandang parpol, program kandidat dalam lain lain karena dalam hal memilih, masyarakat selalu gunakan alam sadar dan alam bawa sadar mereka sendiri
terlepas dari melihat ikatan-ikatan kesamaan, baik itu kesukuan, agama maupun idiologi-idiologi tertentu
mereka hanya merindukan sosok pemimpin yang merakyat dan terbuka untuk semua lapisan kerinduan inilah yang kelak runtuhkan segala hal yang parpol kualisi dan elit kualisi
Siapapun yang datang dan mempersonifikasikan diri sebagai kandidat yang diusung rakyat kecil (marjinal) jauh lebih kuat, dari pimpinan partai politik apapun,
1 putaran di pesta akbar November 2024 besok adalah bukti kemenangan dari rakyat yang rindu akan setitik embun perubahan yang diusung oleh sang pemimpin masa depan dan harapan masyarakat
karena masyarakat hanya mencari pemimpin yang “Tidak ada kata lelah untuk rakyat” komitmen dari sosok pemimpin yang membuat dirinya diidolakan untuk memikul anamah (pemimpin) dari rakyat seperti ini yang masi di cari oleh rakyat
Seiring dengan perjalanan pemerintahan sementara saat ini, timbul sebuah pertanyaan masih adakah politik irasional antar eksekutif dan legislatif, irasional antara elit parpol dan elit nasional
Hari ini Pilkada gubernur PBD akan tetap ada sentimen dan operasional politik
politik irasional masih tetap ada, dan tidak mungkin di bendung!
John Naisbith, menyebutnya sentimen politik dan politik orasional sebagai “Penyakit demokratisasi yakni suburnya sentimen emosional di era informasi dan keterbukaan tetap ada,”
Penulis buku Mega Trend 2000 itu mengaku bahwa sentimen di atas sangat subur, dan politik masa depan dengan sistem demokratisasi tidak mungkin keluar dari logika sentimen dan logika politik irasional (L Lamato, 2011).
Mencermati kontestasi politik saat ini di Papua Barat Daya, nampaknya kemenangan rakyat (kualisi rakyat) melalui pemimpin yang mereka kehendaki harus ada
dan jalan ini harus diwaspadai oleh semua kandidat
mereka patut waspada, karena pemimpin yang dikoalisi Parpol, saat ini sibuk memainkan politik saling klaim dengan beragam dalil dan hal itu bisa kita lihat.
Namun itu tidak akan berpengaruh karena akan komitmen rakyat akar rumput yang mempersonifikasikan hasrat, moral dan jiwa yang tulus kepada rakyat adalah komitmen politik yang akan didukungan oleh rakyat
sekarang para bakal calon pemimpin 01 PBD hanya kerja menjaga dan meyakinkan publik mulai membangun dan menjawabnya dengan komitmen dan tindakan yang konkrit
pertanyaannya kembali ke rakyat mereka ingin pro kepada elit yang dihasilkan kualisi parpol
atau elit yang dibentuk kualisi elit nasional
Artinya kalaupun visi misi pemimpin kelak baik untuk pembangunan daerah dan lebih pada solusi strategi pembangunan menuju kesejahteraan dan kemajuan akar rumput
untuk membangun provinsi PBD menjadi provinsi yang diinginkan untuk mensejahterakan warganya
dari semua aspek baik kesehatan, penidikan, pemenuhan kebutuhan dasar berupa sandang, pangan dan papan, keamanan serta membuka lapangan kerja baru, bagi masyarakat untuk mengurangi jumlah warga miskin
yang terus marginal
Akan percuma jika tidak sejalan dengan pilihan rakyat
Semoga elit bisa Mengembalikan harapan masyarakat yang hilang
Pemimpin saat ini, telah berhasil menebarkan kharismanya sebagai sosok pemimpin, dan sebagai tempat bergantung sejuta harapan rakyat
Kepemimpinan yang kelak mengembalikan kekuatan masyarakat yang hilang lewat tindakan iman dan perbuatan nyata, dengan mengeja kembali janji tentang kesejahteraan yang perna ditawarkan tentang percepatan pembangunan melalui pendekatan-pendekatan proses ekonomi dan mendesak perbaikan kualitas, seperti pendidikan dan kesehatan mulai diwujudnyatakan.
barangkali itulah gambaran keadaan (kebutuhan) masyarakat yang selama ini jauh dari aspek tersebut.
Sosok pemimpin yang baru saat ini benar-benar memiliki visi yang kuat untuk menata pembangunan secara cerdas dan dedikasi dengan menggunakan asas kebersamaan, keadilan dengan seluruh komponen masyarakat.
Kita juga berharap masa 5 tahun ke depan benar-benar digunakan untuk melakukan reformasi dengan baik dan profesional, secara ril dilapangan hal itu akan direalisasi karena trek recor sudah teruji dan terbukt
sekarang hal itu telah dan sedang dirasakan
elit lokal dalam koalisi politiknya, elit nasional dan lingkarannya
Jangan sampai membunuh pemimpin yang diingkan rakyat
yang penulis kawatirkan adalah ancaman secara masif yang coba dimainkan oleh elit untuk membuat pembelahan di masyarakat
yang sembunyi di balik koalisi yang motif jahat
Seandainya sentimen emosional yang diterapkan, maka akan bergeser dan lebur pada satu titik yakni tindakan politik busuk
Itu ancaman yang akan berpengaruh pada persoalan legislasi dan anggaran dalam merancang sebuah rencana kerja baik jangka menengah dan jangka panjang, serta rencana strategis dari pemimpin di eksekutif selama 5 tahun ke depan tidak berjalan mulus.
Agar ke depan akan berdampak pada proses pelayanan bagi masyarakat
Itulah ancaman dari koalisi parpol dan koalisi elit secara tidak langsung
Jika wakil rakyat tidak menampakkan dirinya sebagai representasi rakyat, lalu lebih merepresentasikan dirinya sebagai wakil partai, berarti mereka mementingkan kepentingan partai daripada kepentingan rakyat.
masyarakat Coba hitung saja produk legislasi yang mengakomodir kepentingan rakyat untuk mendapat jaminan kesehatan, pendidikan, keselamatan kerja dan lain sebagainya. Memang perlu ada perimbangan kekuasaan dalam konteks check and balance antara kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Namun sampai pada terkontaminasi maka rakyat wajib untuk pesimis, karena semangat kemenangan kualisi rakyat akan dibenturkan dengan kualisi papol maka kepentingan parpol bukan tidak mungkin dengan leluasa bermain diranah ini, kebiri kepentingan masyarakat
berarti kemenangan rakyat akan percuma karena ditingkat eksekusi, eksekutif karena tidak mendapat dukungan politik.
Pertanyaannya apakah selama ini wakil rakyat kita yang terhormat tidak perna menghianati rakyat, inikan relatif juga, cara kotor yang lebih mementingkan kelompok dan golongan di partai politik seakan membuat rakyat kecil tak berguna
Padahal mesin politik dari partai-partai di sorong raya ini tidak berjalan baik, justru rakyat yang bertahun-tahun jadi korban penipuan dalam strategi parpol tertentu.
Kalau kebijakan partai politik sudah tidak berpihak pada rakyat
maka dalam pembuktiannya nanti di parlemen dan di legislatif membahas dan mendukung Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) PBD yang berangkat dari penderitaan rakyat, bukan proyek yang datang dari akal bulus elit dan partai politik
Untuk keluar dari masalah ini saran penulis adalah
Pertama, dalam bentuk apapun elit harus mengutamakan kepentingan rakyat, dari pada golongan tertentu
dengan tetap menjunjung tinggi tugas pokok dari institusinya, tanpa terkontaminasi dengan sentimen emosional apapun.
Kedua, masyarakat perlu munculnya gerakan ekstra parlementer dari elemen kelompok masyarakat untuk melakukan kontrol, bagaimana pun pressure group dari kelompok masyarakat, mahasiswa (student movement) harus tetap efektif, itu tidak hanya berlaku bagi Legislatif tetapi juga eksekutif, dan yudikatif.
Ketiga, Sistem koalisi yang berlaku di kalangan elit kalo tidak dikontrol maka akan terjadi proses kolaborasi kejahatan
pengawasan dilakukan terus menerus, banyak hal penting terkait kepentingan masyarakat tidak dikerjakan berjalan dengan baik padahal rakyat memilih mereka bukan untuk duduk sebatas bersenang-senang.
Mari berhenti saling mempermasalahkan dan menghujat antara elit satu dan elit yang lain karena tidak menguntungkan rakyat.
Semoga dengan semangat perubahan 5 tahun mendatang dari hasil mencari pemimpin di PBD lewat pilkada gubernur ini
pemimpin yang pro rakyat harus lahir dan terwujud sekalipun itu, ada di bawa bayang- bayang ancaman pemimpin baru yang pro kualisi parpol dan koalisi elit. SEMOGA