Jogja, Petarung.org- Nasip penghuni asrama mahasiswa asal Kabupaten Maybrat, Provinsi Papua Barat Daya (PBD) di kota studi Daerah Istimewa Jogjakarta sangat memprihatinkan. Hal itu disampaikan oleh Jemris Semunya, Penghuni Arama Mahasiswa Maybrat, yang masi bertahan tinggal dengan kondisi asrama yang memprihatinkan.
Ia menjelaskan, penghuni di asrama mahasiswa asal Maybrat di Jogja dulu banyak orang, namun kondisi kekurangan yang ada di Asrama Maybrat terus tidak kunjung dibenahi, membuat asrama ini semakin tak terurus dan ditinggal pergi oleh para mahasiswa.
“Permasalah serius yang di hadapi penghuni asrama Maybrat di Jogja itu adalah masalah seng yang bocor, sehingga berdampak pada beberapa fasilitas asrama yang rusak seperti; Plapon asrama yang rusak, instalasi listrik yang koslet di beberapa kamar, sehingga fiting dan lampu putus terkena air hujan,” ujar Semunya.
Ia menambahkan jika kondisi hujan, intalasi listrik yang koslet membuat mahasiswa selalu was-was dengan arus pendek, bahkan di beberapa ruangan mahasiswa coba atasi dengan flakban seadannya. Menggunakan flakban isolasi listrik untuk lem seng yang bocor, maupun lem kabel listrik. agar saat hujan air tergenang dengan tidak ada arus pendek.
“Lampu yang rusak itu ada 22 balon + fiting, sementara dua kamar yang koslet total itu kamar nomor 18-20, sementara Plafon yang bocor ada di 6 titik di kamar, kalo hujan kadang air menetes ke dalam ruang dan merendam beberapa kamar tidur sehingga penghuni kamar saat hujan selalu pindah kamar” ujar Semunya.
Ia menambahkan, beberapa biaya yang memberatkan mereka adalah biaya air, biaya sampah dan biaya pagar yang rusak. di lingkungan yang kita tinggal, petugas yang mengangkut sampah dari asrama ke TPS harus dibayar dan kadang kita utang untuk biaya sampah.
Sementara masalah lain yang sangat dirasakan oleh seluruh penghuni asrama adalah soal kelangkaan air bersih, akibat pipa tengki penampung patah. Saat mandi biasa kami mandi di kamar mandi milik Kantor Desa Legowon dan Kantor Desa Gambiran. Sementara teman-teman lain biasanya mandi di kos milik keluarga sesama mahasiswa Maybrat lain di sekitar asrama dan juga ada yang pergi mandi di asrama Papua.
“Warga kampung suda marah dan mereka sudah kunci kamar mandi milik kantor desa, saat ini kita hanya tunggu hujan dan manfaatkan air hujan untuk mandi. Kalau tidak hujan, biasanya pas dapat kiriman dari orang tua dari daerah, kita sisihkan untuk kita beli air galon yang harga Rp 8.000 (Delapan Ribu Rupiah) untuk mandi ke kampus.” Ujar Semunya.
Ia menambahkan akibat dari masalah air bersih ini, banyak penghuni asrama yang sudah pindah tempat tinggal, penghuni yang masi bertahan sampai hari ini tersisa 8 orang penghuni asrama Maybrat Jogja.
Semunya berharap, pemerintah Kabupaten Maybrat harus memperhatikan kondisi asrama mahasiswa Maybrat di Jogja, karena asrama merupakan tempat tinggal mereka untuk menuntut ilmu di daerah istimewa Jogjakarta, kalau kondisi asrama terus seperti ini, kita mahasiswa mau tinggal dimana dan bagaimana dengan nasip pendidikan kita di kota ini.
“Apalagi nasip kami mahasiswa di asrama Maybrat ini, jika tidak dibayar biaya perpanjangan kontrak awal tahun ini, kemungkinan kita kosongkan asrama. Mengingat batas akhir kontak arama ini Januari 2025, kondisi ini sangat memprihatinkan,” ujar Semunya, mahasiswa Maybrat asal Kampung Mare ini. (CR3)