Oleh: Origenes Asmuruf (*)
Kebanyakan orang menganggap atau menilai bahwa menjadi petani hanyalah mereka yang tidak sekolah, tidak memiliki ijasah, pendidikan rendah atau buta huruf, dan juga itu khusus bagi mereka yang tinggal di kampung-kampung.
Karena pandangan yang demikian sehingga membuat anak muda Papua yang telah mengenyam pendidikan sedikit tinggi atau sudah tamat sekolah dan jadi sarjana tidak lagi berurusan dengan bertani, berkebun, beternak atau jadi nelayan menangkap ikan.
Kebanyakan orang mengangaap bahwa, petani identik dengan kotor, karena bersentuhan langsung dengan tanah, atau menjadi petani identik dengan orang rendahan, orang bawahan sehingga kebanyakan orang merasa malu atau gengsi menjadi petani, berladang atau berkebun.
Kebanyakan anak muda Papua berpikir, kalau sudah tamat SMA, sudah jadi sarjana maka tidak lagi berurusan dengan yang namanya petani. Mereka yang pantas jadi petani itu mereka yang tidak sekolah, putus sekolah, buta huruf dan tinggal di kampung.
Pandangan demikian merupakan kekeliruan, sebab menjadi petani adalah tanggungjawab semua orang. Karena semua manusia pasti membutuhkan makanan untuk kehidupan, dan makanan itu berasal dari petani yang mengolah tanah, menanam, merawat dan memetik.
Menjadi petani adalah pekerjaan mulia, bebas dari korupsi, bebas dari kolusi dan juga nepotisme. Menjadi petani itu bebas dari pemeriksaan Jaksa, Polisi dan KPK, apalagi petani di Papua, maka bebas dari segala bentuk pemeriksaan aparat hukum.
Belum perna terdengar atau di beritakan bahwa petani berurusan dengan korupsi hingga menjadi tahanan KPK atau Kejaksaan. Petani itu mandiri dan hanya berurusan dengan pupuk subsidi, bibit dan alat pertanian, dan tidak mengelolah uang Negara secara langsung.
Petani itu mulia, karena para petani yang menyiapkan makanan bagi kelangsungan hidup umat manusia sejagat raya ini. Tanpa petani, maka manusia bisa di pastikan menderita kelaparan yang dahsyat dan hebat berujung pada kematian.
Menjadi petani itu bebas dari rasa stress yang berlebihan, petani itu identik dengan nilai kejujuran,kesederhanaan, rendah hati, bersahaja, dan apa adanya. Petani itu tulus dan ikhlas, mereka tidak kaya raya, tapi penuh keberkahan.
Tanah Papua masi begitu luas dan amat luas dan belum di kelola secara maksimal oleh anak muda Papua, untuk menjadi berkat atau hasil yang bisa berguna dan bermanfaat.
Masi banyak lahan yang terbiarkan begitu saja tanpa di olah oleh anak muda Papua.
Anak muda Papua lebih banyak memegang Hp dan berselancar pada dunia maya dan menghabiskan waktu serta pulsa tanpa ada hasil yang jelas di dapat. Anak muda Papua lebih suka bergerombol di kedai koppi dan diskusi politik yang hanya menghabiskan waktu dan uang tanpa hasil yang didapatkan.
Kebanyakan sebagai anak Papua merasa bangga atas negeri hutan, tanah, sungai, laut, namun sayang semua itu hanya jadi pemandangan semata, tanpa di sekolahnya untuk mendapatkan hasil yang berguna bagi diri sendiri dan juga orang lain.
Tanah yang luas, hutan yang lebat, laut yang luas, pantai yang panjang dan elok, tidak akan bernilai apa-apa jika hanya di pandang dan di biarkan begitu saja. Potensi hutan, alam dan semua itu perlu ada inisiatif untuk mengolahnya secara mandiri demi mendapatkan hasilnya.
Menjadi petani, menjadi nelayan bagi orang Papua, bukanlah hal yang baru. Semua orang Papua dari dulunya profesi sebagai petani dan nelayan, dari profesi itulah banyak sarjana anak Papua di hasilkan, dengan demikian menjadi petani tidak bisa di ragukan hasilnya lagi.
Sudah ada beberapa bukti bahwa banyak orang menjadi sukses dengan menjadi petani, dan menjadi petani itu sejahtera, karena selalu tercukupi oleh makanan yang menjadi kebutuhan pokok, atau kebutuhan dasar, tidak perna kelaparan bagi mereka yang menjadi petani.
Anak muda Papua mulailah kuasai hutan mu, kuasai tanah mu, kuasailah sungai, laut dan Pantaimu, kelola itu secara mandiri, jika hal ini tidak di lakukan maka jagan kaget dan heran, nanti orang dari luar yang datang untuk kuasai dan kelola serta hasilnya menjadi milik mereka. Salam
(*) Penulis adalah Pengusaha Asli Papua di Wilayah Papua Selatan