Oleh : Petarungpapua
Perjalanan Tim Pemekaran Provinsi Papua Barat Daya sejak awal di deklarasikan 2007, setiap mereka solid jadi tim deklarator, namun di internal tim mendadak pergantian komposisi panitia di internal tim deklarator, kemudian menjadi bencana.
karena itulah cikal bakal tim pemekaran Provinsi Papua Barat Daya (PBD) kemudian pecah kongsi, yakni pecah menjadi tim deklarator dan tim presidium
yang dalam perjalanan panjang perjuangan, tidak ada hasil perjuangan yang signifikan sekalipun banyak kepala daerah yang suplai dana dari APBD ke tim pemekaran namun tetap saja tidak ada progres kala itu
di awal perjuangan tim deklarator sempat dapat hibah dari pemerintah provinsi papua induk di jayapura
sementara tim presidium dapat sokongan dari hibah APBD kota sorong, dan mungkin saja daerah lain di sorong raya yang main di bawa tangan
dan barangkali hal itu yang membuat para bupati walikota di sorong raya
kemudian membentuk satu tim mereka sendiri untuk ikut kawal dan tim pemekaran
dan tim pemekaran versi kepala daerah se sorong raya pun dibentuk dan kemudian di beri nama tim percepatan pemekaran PBD
bahkan di tinggal legislatif untuk DPRP Papua Barat dapil Sorong Raya di manokwari juga bentuk, tim untuk ikut dorong provinsi papua barat daya ini.
Bayangkan dua tim pemekaran di awal perjuangan, mereka disuplai anggaran hibah pemda atay pemkot untuk perjuangan pemekaran dari para elit
Namun setelah provinsi PBD ini jadi mereka menyangkal
kebaikan elit itu secara fullgar dan terang benderang.
bahkan dalam hal menerima kehadiran provinsi pun, dua tim bentukkan masyarakat sorong raya di awal kedatangan
pun memainkan drama unik bahkan mereka malah menolak kehadiran tim percepatan yang dihuni oleh para kepala daerah dua periode di wilayah sorong raya
hari ini pemerintahan di provinsi ini masih di kendalikan oleh seorang karateker gubernur dengan akomodir oleh dua tim pemekaran PBD di awal
dan anehnya mereka lupa daratan dalam hal menikmati dan membagi bagi kekuasaan di masa sementara ini
mereka melupakan kebaikan para mantan kepala daerah yang perna suport mereka total dengan uang pribadi dan uang rakyat untuk ikut hadirkan provinsi papua barat daya
yang jadi ancaman hari ini
di kalangan tim pemekaran baik di tim deklarartor maupun tim presedium
tidak ada wacana dan manufer untuk ambil sikap politik sebagai calon gubernur
yang ada malah mereka pilih lebur ke elit lain
mereka lupa rata rata calon kepala daerah yang maju gubernur adalah datang dari tim percepatan pemekaran provinsi papua barat daya yang dihuni oleh para mantan kepala daerah dua periode
itu artinya sebuah kemunduran bagi
tim pemekaran karena mereka berjuang hadirkan provinsi hanya untuk mendirikan yayasan, mendirikan cv dan mendirikan dewan adat dan forum forum yang incar hibah
yang kedua mereka incar kursi legislatif dan ada tim yang masih memilih tenang dalam bersikap dalam masa awal pemerintahan ini
papua barat daya ini, provinsi yang kelak besar dan dewasa dengan primordialisme karena dasar pemerintahan sudah dibumbui dengan aroma aroma sentimen emosional seperti itu
kalo sampai analisis sederhana ini yang terjadi maka bukan tidak mungkin provinsi yang definitif nanti akan jadi ancaman untuk semua
tokoh dan tim dan masyarakat yang atas namakan tim pemekaran
A, B, C, D dll
apalagi dalam wacana yang beredar banyak di antara elit lokal juga klaim diri mereka sebagai tokoh yang hadirkan pemekaran seperti mantan bupati maybrat,
mantan bupati sorsel,
mantan bupati sorong,
mantan bupati raja ampat dan
mantan bupati tambrauw dan
mantan walikota sorong serta
bupati kab mappi di papua selatan
dan publik tidak bisa bantah hal itu karena
setiap mereka punya cara terlibat dalam perjuangan pun berbeda-beda jadi saling kleim itu wajar
sekalipun demi kepentingan provinsi papua barat daya hanya satu kepala daerah
di sorong raya saja yang di undang ketemu
presiden di istana bogor
namun di tingkat elit pecah kongsi kepentingan
di tingkat tim pemekaran pecah kongsi kepentingan dan di tingkat ASN perpecahan itu justru nyata dimainkan oleh mereka
untuk cari posisi aman dan berlomba lomba amankan kepentingan piring makan
bahkan ada yang pilih main dua kali untuk pro
elit yang satu dan abu abu untuk elit yang lain
pro tim pemekaran yang satu dan abu abu untuk tim pemekaran yang lain, itu sudah jadi hal lumrah
provinsi ini hadir bukan untuk kesejahteraan para elit dan ASN, provinsi ini hadir untuk memperpendek rentan kendali pelayanan kesejahteraan bagi masyarakat akar rumput
namun dipercayakan pada elit dan ASN yang kerja untuk wujudkan itu, di awasi oleh yudikatif dan legislatif
namun hari ini, masyarakat di sorong raya patut untuk waspada karena yang dimainkan dan uang dipikirkan bukan kepentingan akar rumput, ini semua kepentingan elit lokal dan kepentingan kaum uang oportunis
sampai kalo sentimen sentimen model ini yang terus dipelihara maka bukan tidak mungkin
pesta politik pilgub pertama di sorong raya ini akan seru dan karena banyak wacana liar dan isu isu miring yang berserakan warnai wacana politik di sorong raya
yang masyarakat butuh itu konsep dan gagasan pembangunan yang memihak akar rumput, pengembangan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan dan taraf hidup bagi masyarakat kecil di papua barat daya
bukan melulu sosal kepentingan elit, kepentingan ASN, kepentingan dewan dan masyarakat hanya jadi objek pembangunan yang yang tidak memihak akar rumput
barangkali itulah gebrakan yang di tunggu oleh masyarakat di tunggu oleh antero akra rumput di sorong raya ini
akar rumput bukan bangsa primitif yang tidak bisa dibangun, mereka bisa dibangun dengan politik yang adil dan berpihak atas kepentingan mereka
bukan melulu untuk kepentingan elit yang haus akan kekuasaan dan ASN yang gila rebut piring makan dan para pemburu hibah yang lihai
adalah jaminan perubahan di papua barat daya
atau sebuah kemunduran yang kelak diratapi sebagai konsekuensi logis dari dari wajah politik praktis yang tamak. (*)