Manokwari, Petarung.org- Maraknya budaya bayar uang susu, di kalangan suku Maybrat, baik di sub suku Ayamaru, Aitinyo dan Aifat, menjelang masa akhir tahun (Desember). Sudah menjadi sebuah tren budaya baru yang dilakukan oleh orang Maybrat dengan tujuan membayar uang susu, kepada setiap perempuan atau marga yang melahirkan mereka.

Untuk menelusuri dan melihat perspektif budaya ini, apa benar ada dan hidup dalam budaya orang Maybrat. Kami dari tim Petarung.org menemui Simson Soni Bless, SH dan Martinus Kambu, tokoh adat masyarakat Maybrat dari sub suku Ayamaru yang usai mengikuti Pleno Dewan Adat Papua, mengingat  Soni Bless dan Martinus Kambu adalah tokoh adat Maybrat penerima mandat sementara, Dewan Adat Papua Wilayah Doberai untuk konsolidasi kerja-kerja adat dan pembentukan Dewan Adat Suku Maybrat.

Soni Bless menyampaikan, dalam tradisi budaya kehidupan orang Maybrat (Ayamaru, Aitinyo, dan Aifat) tidak kenal dengan istilah budaya bayar uang susu. Budaya bayar uang susu, itu bukan budaya orang Maybrat namun tradisi ini sudah dilakukan dari tahun ke tahun dan sudah diterima sebagai suatu kebiasaan. Kelak akan jadi tradisi baru, dalam tradisi budaya orang Maybrat.

“Budaya itu tradisi, tradisi itu kebiasaan dan kebiasaan itu dilakukan terus menerus dan menjadi kuhum kebiasaan di masyarakat dan diterima sebagai budaya, padahal itu tidak ada dalam budaya orang Maybrat,” ujar mantan anggota MRP Papua Barat Pokja adat, saat ditemui Petarung.org di bandara Rendani Manowari, belum lama ini.

Ia menambahkan, budaya uang susu itu tidak ada dalam budaya orang Maybrat dan sekali lagi itu tidak dibenarkan. bukan budaya orang Maybrat, itu kebiasaan yang diluar dari budaya asli orang Maybrat, tapi sayang, hal ini sudah mengalami polarisasi budaya. Kini budaya ini diterima sebagai hukum kebiasaan setiap masuk bulan Desember.

“Tadinya tidak tau budaya uang susu ini  entah di adopsi dari tradisi suku mana? hal yang kini sudah jadi budaya tahunan di bumi A3 dan anehnya orang A3 tidak punya tradisi tradisi bayar uang kos 9 bulan itu” Ujar Bless

Ia Menjelaskan, orang Maybrat hanya mengenal budaya soal bersalin, antara lain :

  1. ku mbit (tali pusat)
  2. perpuluhan hari ke tiga, kasi ke gereja setelah selamat dari bersalin
  3. genap satu bulan penyerahan anak ke gereja
  4. pembayaran ucapan terima kasih pasca bersalin ke mertua dan keluarga perempuan
  5. budaya kasi nama anak
  6. budaya kasi kain timur dan uang untuk jaga bayi yang baru lahir dan jaga anak-anak dan terahir itu
  7. budaya harta anak saat maskawin

untuk buaya uang susu, itu budaya yang baru timbul kemarin soere dalam tradisi orang Maybrat dan sudah diterima sebagai nilai budaya baru. Disayangkan kelak akan diterima mentah-mentah sebagai konsekuensi budaya orang A3 (sekalipun itu tidak ada dalam tradisi leluhur)

generasi Maybrat hanya dituntut “Menghargai keluarga yang potong pusat, bidang yang tolong, orang yang kasi nama anak, kasi kain timur jaga, dan hargai orang yang bayar harta anak kita saat maskawin, bukan kita bikin budaya baru lagi,” ujarnya. (CR1)