Sorong,Petarung.org- Dusun sagu merupakan bagian integral dari kehidupan masyarakat Suku Moi di Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya. Sagu tidak hanya menjadi sumber pangan utama, tetapi juga memiliki nilai budaya dan sosial yang mendalam bagi masyarakat setempat.

Hal itu disampaikan oleh Mama Kristina Tamunete, kepada Petarung.org di Kabupaten Sorong, (11/8/20 Ia manambahkan,
Perkembangan pembangunan arus urbanisasi di Sorong telah mengancam keberadaan dusun-dusun kami.

“Pembangunan membuat hutan sagu ditebang atas nama pembangunan, rawa di timbun dan itu menjadi masalah bagi kami” Ujarnya

Ia menambahkan, termasuk dusun yang dimiliki oleh Marga Osok Moi Kelim, Dusun sagu yang tersisa di tengah kota ini, menjadi simbol dari perlawanan terhadap arus modernisasi yang sering kali mengabaikan kearifan lokal.

“Orang Moi yang mendiami daerah ini berabad-abad. Mereka hidup harmonis dengan alam, memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan, salah satunya adalah pohon sagu” tandasnya

Ia menambahkan bagi masyarakat Moi, sagu adalah simbol kehidupan, karena dari sagu mereka memperoleh bahan makanan pokok, seperti papeda dan berbagai produk olahan lainnya.

“Hutan sagu dialih fungsi lahan menjadi kawasan perumahan, komersial, dan industri semakin mempersempit ruang bagi tanah dan dusun kami” tandasnya

Dusun sagu di tengah Kota di Kabupaten Sorong adalah saksi bisu perjuangan Suku Moi dalam mempertahankan identitas dan keberlanjutan hidup mereka di tengah arus modernisasi.

“Pelestarian dusun sagu ini bukan hanya tentang menjaga sumber pangan, tetapi juga tentang mempertahankan warisan budaya yang telah ada selama berabad-abad” Tutup mama Tamunete. (CR2)